Puisi: Nyanyian Suto untuk Fatima (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Nyanyian Suto untuk Fatima" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan, emosi, dan makna kehidupan dalam konteks keseluruhan karyanya.
Nyanyian Suto untuk Fatima

Dua puluh tiga matahari
bangkit dari pundakmu.
Tubuhmu menguapkan bau tanah
dan menyalalah sukmaku.
Langit bagai kain tetoron yang biru
terbentang
berkilat dan berkilauan
menantang jendela kalbu yang berdukacita
Rohku dan rohmu
bagaikan proton dan elektron
bergolak
bergolak
di bawah dua puluh tiga matahari.
Dua puluh tiga matahari
membakar dukacitaku.

Sumber: Blues untuk Bonnie (1971)

Analisis Puisi:

Puisi "Nyanyian Suto untuk Fatima" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang sarat dengan metafora, kekuatan visual, dan emosi yang mendalam.

Metafora dan Imaji Visual: Puisi ini menggunakan metafora dan imaji visual yang kuat untuk menyampaikan gambaran yang mendalam tentang perasaan sang penyair. Metafora "Dua puluh tiga matahari" digunakan untuk menggambarkan intensitas emosi yang meluap dari tubuh Fatima. Imaji tentang langit biru yang berkilauan menciptakan suasana yang kontras dengan perasaan berdukanya sang penyair.

Duka dan Keberanian: Puisi ini menggambarkan perasaan duka yang begitu dalam, yang seakan-akan diresapi oleh keberanian. Meskipun penyair merasakan kepedihan, keberanian Fatima muncul seperti sinar matahari yang menghangatkan. Keberanian ini tercermin dalam kata-kata "membakar dukacitaku", yang menggambarkan semangat dan kekuatan dalam menghadapi kesedihan.

Kontras antara Kehidupan dan Kematian: Kontras antara kehidupan (dinyatakan oleh matahari) dan kematian (dinyatakan oleh dukacita) menjadi tema yang kuat dalam puisi ini. Sementara matahari adalah simbol kehidupan yang menyala-nyala, dukacita adalah simbol kematian yang meresap dan membakar. Kontras ini menciptakan ketegangan emosional yang mendalam.

Dualitas dan Persatuan: Puisi ini juga mengeksplorasi konsep dualitas dan persatuan antara dua entitas yang berlawanan: "Rohku dan rohmu / bagaikan proton dan elektron". Meskipun keduanya berbeda, mereka bergolak bersama-sama di bawah sinar matahari. Ini mencerminkan hubungan yang rumit antara dua individu dan kekuatan yang timbul dari persatuan mereka.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini berakhir dengan kesimpulan yang terbuka, di mana perasaan duka dan keberanian berdampingan di bawah sinar matahari. Ini menciptakan ruang untuk refleksi lebih lanjut tentang sifat manusia, kehidupan, dan kematian.

Dengan menggunakan bahasa yang indah dan metafora yang kuat, W.S. Rendra berhasil menciptakan sebuah puisi yang mendalam dan menggugah. Puisi "Nyanyian Suto untuk Fatima" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan, emosi, dan makna kehidupan dalam konteks keseluruhan karyanya.


Puisi W.S. Rendra
Puisi: Nyanyian Suto untuk Fatima
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.