Puisi: Memo Bukit Bulan (Karya Beni Setia)

Puisi "Memo Bukit Bulan" secara keseluruhan memberikan citra yang mendalam dan kritis tentang realitas kehidupan dan politik. Dengan menggunakan ....
Memo Bukit Bulan


Hanya ilalang mau mengering, pucuk
jari-jari yang tak bisa mengepal - dari
tulang-tulang terserak - tak dikuburkan
(jarang teringat sebab tidak bernama)

Diajak ingin-angin mencekik pemimpin
bang-pak, pengutil fee yang pura-pura
mendiskusikan hal belanja pembangunan
(setelah gaji naik & tunjangan ditambah)

Tapi tidak bisa beranjak - terjangkar tak
bisa menjangkau. Terbungkam - tak bisa
menyerukan perambahan gulma korupsi
(liar mengsiakar tanpa mengenal musim)


Analisis Puisi:
Puisi "Memo Bukit Bulan" karya Beni Setia menghadirkan gambaran yang kompleks dan tajam tentang kondisi sosial dan politik. Dengan bahasa yang padat dan metafora yang kuat, puisi ini menggambarkan realitas yang penuh kontradiksi dan ironi.

Metafora dan Simbolisme: Puisi ini menggunakan metafora dan simbolisme untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendalam. Ilalang yang tak mau mengering, jari-jari yang tak bisa mengepal, dan tulang-tulang terserak menjadi simbol ketidakberdayaan dan ketidakberartiannya di tengah kompleksitas kehidupan.

Tema Ketidakberdayaan dan Keterbatasan: Puisi menggambarkan tema ketidakberdayaan melalui gambaran ilalang yang tak mau mengering dan jari-jari yang tak bisa mengepal. Hal ini bisa diartikan sebagai ketidakmampuan atau keterbatasan untuk melawan atau memperbaiki kondisi yang sulit.

Kritik terhadap Pemimpin dan Korupsi: Ada unsur kritik terhadap pemimpin dan korupsi dalam puisi ini. Penggambaran pemimpin yang hanya berpura-pura mendiskusikan hal pembangunan setelah gaji dan tunjangan naik menciptakan gambaran tentang sikap yang tidak tulus dan kecenderungan korupsi di kalangan elit.

Ironi dan Ketidakmampuan untuk Bersuara: Puisi ini menggunakan ironi untuk menyampaikan pesan-pesan kritis. Meskipun ingin melawan atau mengungkapkan kebenaran, tokoh dalam puisi ini terlihat terbungkam dan terjangkarkan, menciptakan gambaran ketidakmampuan untuk bersuara atau bergerak.

Penggunaan Bahasa yang Padat: Penyair menggunakan bahasa yang padat dan penuh imajinasi. Setiap kata dipilih secara cermat untuk menyampaikan gambaran dan nuansa yang mendalam. Gaya bahasa yang digunakan menciptakan daya serap yang kuat pada pembaca.

Tema Ketidakadilan dan Kemiskinan: Puisi ini juga mencerminkan tema ketidakadilan dan kemiskinan, terutama dalam gambaran ilalang yang tak bisa dikuburkan dan jari-jari yang tak bisa mengepal. Hal ini bisa diartikan sebagai ketidaksetaraan dan keberlanjutan siklus kemiskinan.

Penekanan pada Keberanian dan Perlawanan: Meskipun terdapat gambaran ketidakberdayaan, puisi ini mungkin juga menekankan keberanian dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Walaupun terbentur dengan keterbatasan dan rintangan, pesan perlawanan tetap terasa dalam puisi ini.

Puisi "Memo Bukit Bulan" secara keseluruhan memberikan citra yang mendalam dan kritis tentang realitas kehidupan dan politik. Dengan menggunakan bahasa yang simbolis dan metaforis, Beni Setia menciptakan sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenung tentang kompleksitas dan ironi dalam kehidupan sehari-hari.

Beni Setia
Puisi: Memo Bukit Bulan
Karya: Beni Setia

Biodata Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.