Puisi: Kematian Anak (Karya Sanusi Pane)

Puisi "Kematian Anak" karya Sanusi Pane menggambarkan perasaan kerinduan, kehilangan, dan pertanyaan yang timbul saat menghadapi kematian seorang anak
Kematian Anak

Bagai mengambil mutia bagus
Dari indungnya, bersukacita,
Datang malaikat, perbadan halus,
Memetik jiwa anak tercinta.

Dibawa gaib ke dalam surga,
Disuruh bermain di taman sari,
Di tengah bunga antakesuma
Bersukaria sepanjang hari.

Siapa gerangan jadi cemburu
Dari lumpur terpungut mutu
Dengan menangis sebagai ini?

Bukan anak yang jadi tangisan,
Ia meratap, iba kasihan
Kepada badan diri sendiri.

Sumber: Puspa Mega (1927)

Analisis Puisi:

Puisi "Kematian Anak" karya Sanusi Pane adalah sebuah penggambaran yang mendalam tentang kesedihan yang mendalam saat kehilangan seorang anak. Dalam puisi ini, penyair menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna untuk mengungkapkan kerinduan, kehilangan, dan pertanyaan tentang takdir manusia.

Kesedihan yang Mendalam: Penyair menggambarkan perasaan sedih dan kehilangan yang mendalam ketika seorang anak meninggal. Kata-kata yang digunakan, seperti "Datang malaikat, perbadan halus, Memetik jiwa anak tercinta," menggambarkan kehadiran malaikat maut yang datang untuk mengambil jiwa anak tersebut, meninggalkan kerinduan yang mendalam di hati orang tua.

Penggambaran Surga dan Keberangkatan Anak: Puisi ini juga menggambarkan kepercayaan akan keberangkatan anak ke surga setelah meninggal. Anak digambarkan bermain di taman surgawi, di tengah bunga yang indah, yang menggambarkan keadaan damai dan sukacita di alam baka. Hal ini memberikan gambaran bahwa meskipun anak telah meninggalkan dunia ini, dia masih dalam keadaan bahagia di surga.

Pertanyaan tentang Takdir dan Kehendak Ilahi: Penyair mengajukan pertanyaan yang dalam tentang takdir dan kehendak Ilahi melalui kalimat, "Siapa gerangan jadi cemburu, Dari lumpur terpungut mutu, Dengan menangis sebagai ini?" Pertanyaan ini mencerminkan ketidakmengertian manusia akan kehendak Tuhan dalam mengambil seseorang yang masih begitu muda dan belum sempat menikmati hidupnya sepenuhnya.

Puisi "Kematian Anak" karya Sanusi Pane adalah sebuah ungkapan yang mendalam tentang kesedihan dan kehilangan saat kehilangan seorang anak. Melalui bahasa yang sederhana namun penuh makna, penyair menggambarkan perasaan kerinduan, kehilangan, dan pertanyaan yang timbul saat menghadapi kematian seorang anak. Puisi ini mengingatkan kita akan kerapuhan hidup dan kekuatan cinta orang tua terhadap anak-anak mereka, serta membangkitkan pertanyaan tentang takdir dan kehendak Ilahi.

Sanusi Pane
Puisi: Kematian Anak
Karya: Sanusi Pane

Biodata Sanusi Pane:
  • Sanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, Indonesia.
  • Ia adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
  • Sanusi Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 (pada usia 62) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.