Puisi: Melati (Karya Sanusi Pane)

Puisi "Melati" karya Sanusi Pane membangun citra melati sebagai simbol keanggunan dan kesucian, serta menciptakan perasaan kerinduan akan ...
Melati

Kau datang dengan menari, tersenyum simpul,
Seperti dewi, putih-kuning, ramping-halus,
Menunjukkan diri, seperti bunga yang bagus.
Dalam sinar matahari, membuat timbul
Di dalam hati berahi yang suci-permai.
Jiwa termenung, terlena dalam samadi,
O Melati, memandang kau seperti Pamadi,
Kebakaan kurasa, luas, tenang dan damai
Engkau tinggal sebagai bunga dalam taman
Kenang-kenangan: dipetik tidak 'kan dapat,
Biar warna dan wangi engkau berikan.
Engkau seperti bintang di balik awan,
Terkadang-kadang sejurus berkilat-kilat
Tapi jauh, tak 'kan pernah tercapai tangan.

Sumber: Madah Kelana (1931)

Analisis Puisi:

Puisi "Melati" karya Sanusi Pane adalah sebuah penjabaran yang indah tentang keindahan dan misteri bunga melati, yang menjadi metafora bagi keindahan yang lembut dan ketenangan yang mendalam. Dalam puisi ini, penyair membangun citra melati sebagai simbol keanggunan dan kesucian, serta menciptakan perasaan kerinduan akan kehadirannya yang menyenangkan.

Citra Keanggunan dan Kesucian: Melati digambarkan sebagai dewi yang menari dengan anggun dan tersenyum manis. Penyair menggunakan warna putih-kuning yang bersinar dan ramping-halus untuk menggambarkan keindahan melati, yang melambangkan kemurnian dan kesucian. Dengan citra ini, melati menjadi simbol keanggunan dan kesempurnaan yang menginspirasi perasaan kagum dan kekaguman.

Misteri dan Ketenangan: Meskipun keindahannya begitu mencolok, melati tetap memiliki elemen misteri yang menarik. Penyair menggambarkan melati seperti bintang di balik awan, kadang-kadang berkilauan dengan cahaya yang tiba-tiba, namun selalu tetap jauh dan sulit dijangkau. Hal ini menciptakan perasaan ketenangan dan keagungan yang misterius, menambahkan dimensi kedalaman pada keindahan yang tampaknya sempurna.

Kerinduan dan Kenangan: Penyair mengekspresikan perasaan kerinduan terhadap melati, yang dianggap sebagai kenang-kenangan yang indah. Meskipun melati memberikan warna dan wangi yang menyenangkan, penyair menyadari bahwa keindahannya tidak dapat dipegang atau dimiliki secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa keindahan sejati seringkali ada dalam kenangan yang tidak terlupakan, dan bahwa kadang-kadang kerinduan itu sendiri adalah bagian dari pengalaman yang berharga.

Penghayatan alam: Puisi ini mencerminkan penghayatan penyair terhadap keindahan alam dan kemampuannya untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman manusia melalui gambaran alam semesta. Dengan memilih melati sebagai subjek puisinya, Sanusi Pane memberikan penghormatan pada keindahan alam dan keajaiban alam yang menyelimuti kita setiap hari.

Kehidupan dan Kehadiran: Secara keseluruhan, puisi "Melati" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keindahan yang ada di sekitar kita dan tentang kehadiran yang sederhana namun penuh makna dalam kehidupan. Melalui citra melati yang elegan dan misterius, penyair mengajak kita untuk menghargai keindahan yang ada di sekitar kita dan untuk memeluk kedamaian yang dapat ditemukan dalam kenangan yang indah.

Dengan menggunakan bahasa yang indah dan gambaran yang kuat, puisi "Melati" karya Sanusi Pane menggambarkan keindahan, kerinduan, dan kedalaman pengalaman manusia melalui metafora yang halus namun kuat. Melalui puisi ini, pembaca diingatkan akan keajaiban alam dan keindahan yang ada di sekitar kita, serta pentingnya merenungkan arti dan makna dalam kehidupan sehari-hari.

Sanusi Pane
Puisi: Melati
Karya: Sanusi Pane

Biodata Sanusi Pane:
  • Sanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, Indonesia.
  • Ia adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
  • Sanusi Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 (pada usia 62) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.