Puisi: Rakyat Adalah Sumber Ilmu (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Rakyat Adalah Sumber Ilmu" bukan hanya sekadar kritik terhadap kekuasaan, tetapi juga mengajak pada pemahaman lebih dalam akan pentingnya ...
Rakyat Adalah Sumber Ilmu

Di dalam masyarakat:
Pujangga adalah roh.
Pemerintah adalah badan.
Tanpa roh
negara adalah robot.
Tanpa badan
negara adalah hantu.
Roh dan badan
tak bisa dipisahkan.
Keduanya harus saling berimbangan.
Kalah atau menang
itulah irama kematian.
Imbang berimbang
itulah irama kehidupan.

Pendeta Raja itu tidak ada.
Pendeta Raja itu palsu.
Pendeta Raja itu penindas dan penjajah.
Pendeta Raja itu deksura.
Pendeta Raja itu merusak keseimbangan.
Merusak hubungan antara manusia.
Maka, di dalam masyarakat:
Pujangga adalah roh.
Pemerintah adalah badan.
Dan Pendeta Raja
bukanlah orang atau lembaga
Pendeta Raja adalah rakyat.

Oleh karena itu Rakyat adalah guru.
Adalah sumber ilmu.
Rakyat adalah gua
di mana Kresna dan Arjuna
bertapa.
Rakyat adalah samudra luas
di mana Sang Bima
bertemu Dewa Rucinya.

Janganlah kita menunggu Ratu Adil.
Ratu Adil bukanlah orang.
Ratu Adil bukanlah lembaga.
Ratu Adil adalah keadaan
dimana ada keseimbangan
antara roh dan badan.

Wahyu Cakra-ningrat tidak ada.
Wahyu Cakra-ningrat, Wahyu Pendeta Raja,
adalah impian deksura.

Syahdan
di dalam alam hanyalah ada
Satu Wahyu.
Ialah Sabda.
Dan Sabda adalah citra budi Tuhan.
Di dalam masyarakat manusia,
Sabda memiliki sembilan bayangan.
Itulah yang disebut sembilan wahyu.
Wahyu ahli agama.
Wahyu ahli alam.
Wahyu ahli kesenian.
Dan lalu:
Wahyu ahli obat-obatan.
Wahyu ahli pendidikan.
Wahyu ahli pertanian dan peternakan.
Selanjutnya:
Wahyu Raja.
Wahyu menteri dan panglima.
Dan akhirnya: Wahyu hakim.

Di dalam masyarakat manusia
kesembilan wahyu itu
tidak bertempat di gunung
atau hutan keramat,
tidak di dalam pusaka,
tidak pula di dalam kitab-kitab rahasia;
melainkan
berada di dalam kalbu rakyat.
Dan jalan ke dalam kalbu rakyat
adalah melewati naluri rakyat.

Naluri rakyat ini
bukanlah adat istiadat.
Karena adat istiadat adalah badan.
Fana dan sementara.
Naluri rakyat ini
Adalah roh yang hidup
yang senantiasa menjelma
di dalam pertumbuhan-pertumbuhan.

Oleh karena itu
bila ingin bertapa
di dalam kalbu rakyat
harus memiliki laku:
Mengolah kepekaan akan pertumbuhan.
Pertumbuhan dihayati
akan mengungkapkan daya hidup.
Daya hidup diungkapkan
menjadi cinta kasih.

Tanpa mengolah cinta kasih
tidak mungkin akan sampai
kepada kalbu rakyat.

Mengolah cinta kasih
haruslah meninggalkan
pamrih tentang diri kita,
berarti:
menjadi ning.

Begitulah:
di dalam masyarakat manusia
kalbu rakyat
adalah kiblat utama
di dalam membina keseimbangan
antara roh dan bahan.

TIM, Jakarta, 12 Juli 1975

Sumber: Doa untuk Anak Cucu (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Rakyat Adalah Sumber Ilmu" karya W.S. Rendra adalah karya sastra yang mendalam dan sarat makna. Penyair membahas konsep keseimbangan dalam masyarakat, peran pujangga, pemerintah, dan pentingnya menjaga harmoni antara roh dan badan. Puisi ini mengajak pembaca untuk memahami bahwa kebijaksanaan sejati berasal dari rakyat dan meletakkan cinta kasih sebagai elemen kunci untuk mencapai keseimbangan.

Kontras Pujangga dan Pemerintah: Penyair menciptakan kontras antara pujangga sebagai roh dan pemerintah sebagai badan. Pujangga dianggap sebagai roh yang memberikan jiwa pada negara, sedangkan pemerintah diartikan sebagai badan yang memerlukan roh untuk tidak menjadi semata robot atau hantu.

Pendeta Raja dan Keseimbangan: Pembaca dihadapkan pada penolakan terhadap peran pendeta raja sebagai penindas dan pengacau keseimbangan. W.S. Rendra menyatakan bahwa keseimbangan terjadi ketika roh dan badan beriringan, bukan karena campur tangan pendeta raja.

Rakyat sebagai Sumber Ilmu: Puisi menegaskan bahwa rakyat adalah guru dan sumber ilmu. Pengetahuan sejati tidak hanya berasal dari tokoh agama atau penguasa, melainkan juga dari kalbu rakyat yang memiliki kebijaksanaan yang mendalam.

Ratu Adil dan Keseimbangan: Konsep Ratu Adil diartikan sebagai keadaan di mana terdapat keseimbangan antara roh dan badan. W.S. Rendra menekankan bahwa keadaan ini adalah hasil dari harmoni yang terjaga di antara masyarakat.

Wahyu Cakra-ningrat: Penyair menolak konsep Wahyu Cakra-ningrat sebagai impian deksura. Ini menggambarkan sikap skeptis terhadap kebijaksanaan yang hanya menjadi impian tanpa landasan nyata di dalam kehidupan sehari-hari.

Sembilan Wahyu dalam Kalbu Rakyat: Penjelasan mengenai sembilan wahyu menggambarkan bahwa kearifan lokal tidak hanya terbatas pada satu aspek, melainkan mencakup berbagai bidang seperti agama, alam, seni, obat-obatan, pendidikan, pertanian, pemerintahan, dan hukum yang terkandung dalam kalbu rakyat.

Naluri Rakyat dan Cinta Kasih: Penyair mengajak untuk memahami naluri rakyat sebagai roh yang hidup dan menghubungkannya dengan cinta kasih. Pembaca diajak untuk meresapi dan mengolah kepekaan terhadap pertumbuhan sebagai manifestasi cinta kasih.

Puisi "Rakyat Adalah Sumber Ilmu" bukan hanya sekadar kritik terhadap kekuasaan, tetapi juga mengajak pada pemahaman lebih dalam akan pentingnya keseimbangan dan cinta kasih dalam kehidupan masyarakat. W.S. Rendra menggambarkan rakyat sebagai sumber kebijaksanaan sejati yang terletak dalam kalbu mereka, dan melalui pemahaman ini, pembaca diharapkan dapat mencapai keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Rakyat Adalah Sumber Ilmu
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.