Puisi: Dua Sajak buat Basuki Resobowo (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Dua Sajak buat Basuki Resobowo" karya Chairil Anwar adalah dua sajak yang merangkum pemikiran dan refleksi penyair tentang berbagai ....
Sajak buat Basuki Resobowo (1)


Adakah jauh perjalanan ini?
Cuma selenggang! — Coba kalau bisa lebih!
Lantas bagaimana?
Pada daun gugur tanya sendiri,
Dan sama lagu melembut jadi melodi!

Apa tinggal jadi tanda mata?
Lihat pada betina tidak lagi menengadah
Atau bayu sayu, bintang menghilang!

Lagi jalan ini berapa lama?
Boleh seabad... aduh sekerdip saja!
Perjalanan karna apa?
Tanya rumah asal yang bisu!
Keturunanku yang beku di situ!

Ada yang menggamit?
Ada yang kehilangan?
Ah! jawab sendiri  - Aku terus gelandangan....


Sajak buat Basuki Resobowo (2)


Seperti ibu + nenekku juga
tambah tujuh keturunan yang lalu
aku minta pula supaya sampai di sorga
yang kata Masyumi + Muhammadiyah bersungai susu
dan bertabur bidari beribu

Tapi ada suara menimbang dalam diriku,
nekat mencemooh: Bisakah kiranya
berkering dari kuyup laut biru,
gamitan dari tiap pelabuhan gimana?
Lagi siapa bias mengatakan pasti
di situ memang memang ada bidari
suaranya berat menelan seperti Nina, punya
    kerlingnya Jati?


Malang, 28 Februari 1947

Sumber: Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956)

Analisis Puisi:
Puisi "Dua Sajak buat Basuki Resobowo" karya Chairil Anwar adalah dua sajak yang merangkum pemikiran dan refleksi penyair tentang berbagai pertanyaan dan konsep yang bersifat filosofis dan eksistensial. Melalui bahasa yang eksploratif, penyair merenungkan tentang perjalanan hidup, ketidakpastian, agama, dan harapan.

Sajak buat Basuki Resobowo (1)

Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini dimulai dengan pertanyaan mengenai jauhnya perjalanan hidup. Penyair merenungkan makna dari perjalanan tersebut, seolah-olah menyuarakan keraguan dan kebingungan dalam menjalani hidup. Puisi ini juga mengeksplorasi tentang bagaimana cara menjalani perjalanan hidup dengan lebih bermakna dan intens.

Simbolisme Alam dan Musim: Penyair menggunakan simbolisme alam seperti daun gugur, lagu melembut, dan bintang yang menghilang untuk menciptakan gambaran perubahan dan siklus hidup. Simbolisme ini mengandung nuansa filosofis tentang waktu, kehidupan, dan hilangnya sesuatu yang berharga.

Ketidakpastian dan Pertanyaan Hidup: Sajak ini menggambarkan ketidakpastian dan keraguan tentang arah dan tujuan hidup. Pertanyaan-pertanyaan retoris seperti "Apa tinggal jadi tanda mata?" dan "Lagi jalan ini berapa lama?" mencerminkan ketidakpastian penyair tentang arti dan makna hidupnya.

Sajak buat Basuki Resobowo (2)

Harapan dan Kehidupan Setelah Kematian: Sajak ini menggambarkan harapan penyair akan kehidupan setelah kematian. Penyair meminta agar perjalanan akhirat membawa ke surga yang indah dengan gambaran sungai susu dan bidari beribu. Hal ini mencerminkan keyakinan akan kebahagiaan dan keindahan di akhirat.

Pertanyaan dan Keraguan: Namun, dalam sajak ini juga terdapat pertanyaan dan keraguan yang muncul dalam diri penyair. Penyair merenungkan apakah mungkin untuk menjalani kehidupan yang suci dan murni di dunia yang penuh godaan dan kenyamanan materi. Pertanyaan tersebut mencerminkan pertentangan dalam diri penyair antara idealisme dan realitas.

Eksplorasi Identitas dan Warisan Budaya: Sajak ini juga mencerminkan eksplorasi identitas dan warisan budaya penyair. Penyair menyebutkan ibu, nenek, dan keturunannya yang beku di tempat tertentu. Hal ini menggambarkan pentingnya warisan budaya dan garis keturunan dalam membentuk identitas individu.

Puisi "Dua Sajak buat Basuki Resobowo" karya Chairil Anwar adalah dua sajak yang penuh dengan pemikiran filosofis, eksistensial, dan refleksi tentang kehidupan, kematian, harapan, dan pertanyaan-pertanyaan esensial. Melalui bahasa yang khas dan penuh makna, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan arti dari kehidupan dan perjalanan spiritual.

Chairil Anwar
Puisi: Dua Sajak buat Basuki Resobowo
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.