Petang di Jalanan Sidikalang
(1)
Inang....
Aku si pencuri buku puisi
Lewat setengah hari, kudaki sebentang pematang
Menjemput jarak tangan, melambai iba
: gambar pertama, imaji lelaki.
(2)
Semenjak tikungan tak lagi ada percakapan
Reranting tua jatuh, luruh di sungai
: ada jarak kesekian.
(3)
Seperti masa muda, kita tak pergi sia-sia
Lihatlah, ada rumput ladang perlu disiangi
Peladang - meladang
Halaman ladang tak pernah kita rancangkan
Kenapa mendatangkan ketemuan
: gambar sepetang kau - aku.
(4)
Di bawah maram biru lampu
Kemarau tak sempurna
Kau - aku tak sempat bersitatap
Sesepi inikah jalanmu?
(5)
Matahari tumbuh setelah kematian kunang-kunang
Di perbatasan, separuh tubuhmu-tubuhku disunting buku puisi
Jauh dari bebunyi benda-benda
Cuma ada pepohon waru, menggenapi bibirmu
Haru
: Sketsa tergesa.
(6)
Setelah rute hutan belukar
Dadamu berangsur lukar
Melintas jarak pergi-pulang
Sekisah akan menjaga tidurmu
Ada sajak pendek ‘
‘
kau ingat sepotong roti dan selai stroberi?’’
: Epilog profil gambar terbakar.
Sidikalang-Pati, 2011-2013
Puisi: Petang di Jalanan Sidikalang
Karya: Puji Pistols