Puisi: Catatan (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Catatan" karya Wiji Thukul adalah panggilan kepada keberanian dan kepahlawanan dalam menghadapi kekerasan dan ketidakadilan.
Catatan


Lagi
kau tangkap aku
kucatat

Lagi
kau puntir tanganku
kucatat

Lagi
kau rotan tempurung kepalaku
kucatat

Lakukan
sampai aku berludah darah
biar terkumpul bukti

Lakukan
di depan orang ramai
tunjukkan kepada mereka
pistol dan pentungan kalian
biar mereka lihat sendiri

Lagi
kau aniaya aku
kucatat

Tubuhku adalah bukti
ketika kau pukul berkali-kali

'Rang ramai melihat sendiri
kucatat
aku terus mencatat


Kampung Kalangan, Solo, 6 Mei 1995

Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Catatan" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang memuat elemen-elemen keberanian, keteguhan, dan kepahlawanan dalam menghadapi kekerasan dan ketidakadilan.

Penolakan Terhadap Kekerasan dan Ketidakadilan: Puisi ini dengan tegas menggambarkan tindakan kekerasan dan ketidakadilan yang diterima oleh narator (penyair). Penyair mengekspresikan penolakan dan protesnya terhadap perlakuan tersebut. Ini mencerminkan pandangan yang kuat bahwa setiap tindakan kekerasan dan ketidakadilan harus dicatat dan diungkapkan.

Penggunaan Kata-Kata Sebagai Senjata: Puisi ini menggambarkan penolakan narator terhadap perlakuan kejam dengan mengatakan, "biar terkumpul bukti." Dalam konteks puisi, kata-kata digambarkan sebagai senjata yang digunakan untuk melawan penindasan. Narator mencatat kekerasan yang diterima sebagai bukti yang akan disampaikan kepada orang lain.

Panggilan untuk Transparansi dan Protes Publik: Penyair mengajak kepada orang-orang yang menyaksikan kekerasan tersebut untuk melihat dengan mata kepala mereka sendiri. Dia mengatakan, "tunjukkan kepada mereka pistol dan pentungan kalian biar mereka lihat sendiri." Ini adalah panggilan untuk transparansi dan kepemilikan publik terhadap kebenaran yang tersembunyi.

Ketekunan dalam Protes: Penyair mencatat bahwa meskipun dia terus-menerus menerima perlakuan kejam, dia akan terus mencatat dan mengungkapkan kebenaran. Dia menulis, "Lagi kau aniaya aku / kucatat / Tubuhku adalah bukti / ketika kau pukul berkali-kali / 'Rang ramai melihat sendiri / kucatat / aku terus mencatat." Ini mencerminkan ketekunan dan tekad penyair dalam menyuarakan keprihatinannya terhadap ketidakadilan.

Puisi "Catatan" karya Wiji Thukul adalah panggilan kepada keberanian dan kepahlawanan dalam menghadapi kekerasan dan ketidakadilan. Penyair mengekspresikan penolakan kerasnya terhadap perlakuan tersebut dan mengajak kepada orang lain untuk berdiri bersama dalam melawan ketidakadilan. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya mencatat dan mengungkapkan ketidakadilan agar kebenaran dapat diungkapkan.

Wiji Thukul
Puisi: Catatan
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.