Puisi: 7 Agustus 1987 (Karya Wiji Thukul)

Puisi "7 Agustus 1987" karya Wiji Thukul menciptakan gambaran tentang tekanan dan ketegangan yang dialami oleh mahasiswa yang menjalani ujian ....
7 Agustus 1987


Isih turu aku digugah adhiku
dheweke mbengak: aku klebu
sipenmaru!
maca koran sing didudahake
"Endi?"
adhiku nggregeli
drijine nduding jenenge
"Iki lho... ...."
adhiku bungahe ora karuan
(sida dadi mahasiswa!)
simbok melu bingung
pamer tangga kiwo tengen
"Mbayar pira?"
"Satus telung puluh lima ewu!"
simbok ndomblang
nyawang isen-isen omahe.


Sorogenen, Solo

Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "7 Agustus 1987" karya Wiji Thukul menciptakan gambaran tentang perasaan dan pemikiran seorang mahasiswa yang tengah menjalani ujian seleksi masuk perguruan tinggi.

Tekanan pada Seleksi Masuk Perguruan Tinggi: Puisi ini menggambarkan suasana yang tegang saat seorang mahasiswa menjalani ujian masuk perguruan tinggi, yang dikenal sebagai "sipenmaru." Proses seleksi ini sering kali diwarnai oleh tekanan yang besar, dan penyair menciptakan suasana yang penuh ketegangan dengan menyebutkan adhikunya yang "digugah."

Kritik terhadap Sistem Pendidikan: Penyair secara tidak langsung mengkritik sistem pendidikan dengan menggambarkan adhikunya yang membaca koran dengan penuh ketidakpedulian saat menjalani ujian. Hal ini bisa diartikan sebagai sindiran terhadap kurikulum atau ujian yang dianggap tidak relevan atau tidak memotivasi para siswa untuk belajar dengan baik.

Perasaan dan Kebingungan: Puisi ini menciptakan perasaan bingung dan kebingungan dalam diri penyair. Adhiku yang "mbengak" (bingung) menunjukkan betapa tegang dan penuh tekanan situasi ujian tersebut. Sementara itu, simbok (ibu) sebagai figur yang mewakili keluarga, menunjukkan perasaan campur aduk tentang biaya pendidikan yang harus dibayar.

Harga Pendidikan: Penyair juga menyebutkan jumlah biaya pendidikan yang harus dibayarkan, yaitu "Satus telung puluh lima ewu!" yang bisa diartikan sebagai jumlah yang besar dan memberatkan bagi keluarga. Ini menggambarkan beban ekonomi yang sering kali menjadi faktor penting dalam pendidikan di Indonesia.

Puisi "7 Agustus 1987" karya Wiji Thukul menciptakan gambaran tentang tekanan dan ketegangan yang dialami oleh mahasiswa yang menjalani ujian masuk perguruan tinggi. Puisi ini juga secara tersirat mengkritik sistem pendidikan dan menyoroti masalah harga pendidikan yang tinggi. Dalam konteks sosial dan politik Indonesia pada waktu itu, puisi ini mungkin juga memiliki lapisan makna yang lebih dalam terkait dengan perasaan ketidakpuasan dan ketidaksetujuan terhadap sistem pendidikan dan pemerintahan.

Wiji Thukul
Puisi: 7 Agustus 1987
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.