Puisi: Geguritan Iki Mung Pengin Kandha (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Geguritan Iki Mung Pengin Kandha" karya Wiji Thukul menyampaikan pesan tentang ketidakpuasan dan pertanyaan mengenai kondisi sosial.
Geguritan Iki Mung Pengin Kandha

Geguritan iki mung pengin kandha
ing njaba ana wong sambat ngaluara
sajake bubar dipulasara
swarane ora cetha
gremeng-gremeng ing petengan
cangkeme pecah
awak sekojur abang biru
apa kowe ora krungu?
coba lirihna omonganmu
mbok menawa kowe ngerti
apa karepe

Geguritan iki mung aweh kabar
ing njaba bathang bosok pirangpirang
apa irungmu ora mambu

Thok! thok! thok!
sing teka aku kana
lawangmu ngakna

Solo, 8/6/87

Sumber: Para Jendral Marah-Marah (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Geguritan Iki Mung Pengin Kandha" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang menyampaikan pesan tentang ketidakpuasan dan pertanyaan mengenai kondisi sosial. Puisi ini memiliki nada perlawanan dan mengajukan pertanyaan yang tajam terkait dengan keadaan masyarakat.

Keinginan untuk Dicermati: Judul puisi ini, "Geguritan Iki Mung Pengin Kandha," menggambarkan keinginan penyair untuk diperhatikan atau didengarkan. Ini bisa mencerminkan rasa ketidakpuasan atas ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat, di mana suara rakyat kecil sering kali diabaikan.

Pemberontakan Terhadap Kebisuan: Puisi ini mencerminkan perasaan ketidakpuasan dan kemarahan terhadap kebisuan atau ketidakpedulian yang ada dalam masyarakat. Dengan menyebutkan bahwa suara tersebut "sajake bubar dipulasara" (hanya berakhir di telinga pendengar), penyair menyuarakan perasaan bahwa banyak orang tidak mendengarkan atau menghiraukan keluhan rakyat kecil.

Pertanyaan tentang Kepedulian Sosial: Puisi ini penuh dengan pertanyaan retoris yang mengajukan pertanyaan tentang apakah orang-orang sekitar (diwakili oleh "omonganmu") benar-benar memahami atau peduli terhadap penderitaan dan ketidakadilan yang ada. Pertanyaan ini mencerminkan keraguan terhadap kesadaran sosial dan moral dalam masyarakat.

Suara yang Terabaikan: Dalam baris terakhir, dengan kata-kata "Thok! thok! thok! sing teka aku kana lawangmu ngakna," penyair menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap ketidakpedulian dan pengabaian terhadap suara mereka yang menderita dan mencoba untuk diabaikan oleh pihak yang berwenang.

Puisi "Geguritan Iki Mung Pengin Kandha" karya Wiji Thukul adalah ungkapan perlawanan terhadap ketidakadilan sosial dan pertanyaan tentang apakah masyarakat benar-benar memahami atau peduli terhadap penderitaan sesama. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya mendengarkan suara-suara yang sering kali terabaikan dalam masyarakat.

Wiji Thukul
Puisi: Geguritan Iki Mung Pengin Kandha
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.