Puisi: Jeram (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Jeram" karya Ajip Rosidi adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kekuatan alam dan perenungan mendalam tentang kehidupan. Puisi ini ....
Jeram

Air beterjunan dalam jeram
Buihnya memercik ke tebing tempat kami berbaring
Dan ia mengelaikan kepala
Dengan mata meram terpejam
Atas tanganku yang mencari-cari
Arah manakah burung gagak hinggap
yang suaranya nyaring
Memecah ketenangan hutan
Sehabis hujan.

Air beterjunan dalam jeram
Jeram gemuruh dalam darahku
Dan dalam mimpi keabadian yang nyaman
Kubisikkan kata-kata bagaikan desir angin
Mengeringkan keringat atas kening
Sedang mataku memandang tak yakin
Air berbuih yang menghilir
Entah kapan 'kan tiba
Di muara

Air beterjunan dalam jeram
Kata-kata beterjunan dari mulutku
Sungai pun tahu arti muara
Yang tak sia-sia menunggu.

Burung gagak berteriak entah di mana
Dan ia bersenandung entah mengapa
Karena dalam kesesaatan tak terjawab tanya lama
Yang sudah lama hanya tanya: Hingga mana? Pabila? Mau apa... ?
Dan dengan jari-jari gemetar
Kuyakinkan hatiku sendiri: Segalanya
Berlaku percuma serta sia-sia.

Dan perempuan ini 'kan mati dalam kepingin
Karena angin hanya angin

Karena jeram beterjunan dalam diriku
Yang tak mengenal musim kemarau

Air beterjunan dalam jeram
Dan jeram beterjunan dalam darahku.

1962

Sumber: Jeram (1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Jeram" karya Ajip Rosidi adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kekuatan alam dan perenungan mendalam tentang kehidupan. Puisi ini memanfaatkan gambaran aliran jeram sebagai metafora untuk menyampaikan pesan-pesan filosofis tentang eksistensi manusia dan perasaan ketidakpastian dalam hidup.

Simbolisme Alam: Penyair menggunakan jeram sebagai simbol aliran air yang kuat dan menggambarkan kekuatan alam. Gambaran air yang beterjunan dengan buih dan gemuruh menggambarkan keindahan dan kekuatan alam yang luar biasa, namun juga mencerminkan sisi yang tak terkendali dan penuh tantangan.

Metafora Hidup dan Manusia: Jeram dalam puisi ini menjadi metafora dari kehidupan dan eksistensi manusia. Seperti aliran jeram yang terus mengalir dan tak bisa dihentikan, kehidupan manusia juga berjalan tanpa henti dan terkadang penuh dengan tantangan. Perjalanan hidup seseorang terkadang seperti mengarungi jeram yang gemuruh dan menghadapi ketidakpastian.

Perenungan tentang Kehidupan: Penyair merenungkan makna hidup dan keberadaan manusia dalam puisi ini. Terdapat perenungan tentang tujuan hidup, eksistensi manusia yang singkat, dan ketidakpastian masa depan. Ketidakpastian tersebut tercermin dalam pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab dalam puisi: "Hingga mana? Pabila? Mau apa... ?"

Kesadaran akan Keterbatasan: Penyair menyampaikan kesadaran akan keterbatasan manusia melalui pernyataan bahwa "Segalanya berlaku percuma serta sia-sia." Puisi ini mencerminkan perasaan ketidakpastian dan ketidaktahuan akan masa depan, di mana kadang-kadang perjalanan hidup tak bisa dipahami sepenuhnya.

Perspektif Individual: Penyair menggambarkan perspektif individual tentang eksistensi manusia dalam puisi ini. Kekuatan alam yang diceritakan oleh jeram merupakan refleksi dari kekuatan dalam diri penyair. Puisi ini menyoroti bahwa meskipun hidup bisa diibaratkan sebagai aliran jeram yang deras dan penuh tantangan, manusia masih mampu merenungi makna kehidupan dan tetap memahami keindahan alam.

Puisi "Jeram" karya Ajip Rosidi merupakan sebuah karya sastra yang mengeksplorasi kekuatan alam dan perenungan mendalam tentang kehidupan manusia. Dengan menggunakan metafora jeram dan air yang beterjunan, penyair menggambarkan eksistensi manusia yang penuh tantangan dan ketidakpastian. Puisi ini menunjukkan kesadaran akan keterbatasan manusia dan menyoroti perspektif individual tentang makna hidup.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Jeram
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.