Puisi: Ballada Petualang (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Ballada Petualang" karya W.S. Rendra menggambarkan kehidupan petualang melalui percakapan antara dua tokoh. Puisi ini menyoroti perubahan, ....
Ballada Petualang


- Masihkah berair sumur yang tua?
+ Ya manis, ya -
Apakah kakak sudah dipinang?
+ Ya manis, ya ya -
Dua gagak terbang di muka.
Dengan tatapan mata jauh
ia berjalan mengulum kata.
Mama, betapa kecil ia!
Dan berjalan sendiri saja.
- Mereka kata di rumah hitam semua.
+ Ya manis, ya ya -
Jalanan tanpa bebuah tanpa pohonan.
+ Ya manis, ya ya -
Menapak ia menapak
adalah rindu di tiap tindak.
Kerna tuju erat dipeluknya
tiada ia pingin berpaling.
Mama, betapa tegak ia.
Buah asam gugur di jalan
ia pungut dengan tangan
- Oi! Betapa disuka kecutnya!
- Orang cerita dua kubur di bukit:
+ Ya manis, ya ya -
Anak lelaki tak tinggal di rumah pusaka.
+ Ya manis, ya ya -
Kerna akan diumpat detak jantungnya
tiada ia akan bisa balik
lalu ia pun menadah nasibnya.
Kampung tiada lagi berwarna yang dulu
berkata para tetangga:
- Anak lelaki yang baik itu
mengapa tiada balik-balik juga?


Sumber: Ballada Orang-Orang Tercinta (1957)

Analisis Puisi:
Puisi "Ballada Petualang" karya W.S. Rendra merupakan karya sastra yang menggambarkan kehidupan petualang melalui dialog antara dua tokoh. Puisi ini menciptakan suasana percakapan yang penuh dengan tanya jawab dan pertukaran informasi, menggambarkan perjalanan petualang dengan latar belakang sosial dan budaya.

Gaya Percakapan: Puisi ini ditulis dalam format dialog, dengan pembagian percakapan antara dua tokoh yang tidak disebutkan namanya. Gaya ini memberikan kesan interaksi langsung dan mengajak pembaca untuk merasa seakan-akan berada dalam percakapan itu sendiri.

Simbolisme Air dan Sumur: Dialog dimulai dengan pertanyaan "Masihkah berair sumur yang tua?" yang kemudian dijawab dengan "Ya manis, ya -". Pertanyaan ini dapat memiliki makna lebih dalam, seperti mencerminkan harapan dan keinginan seseorang yang tetap ada meski dalam situasi sulit.

Pertanyaan Seputar Kehidupan: Puisi ini penuh dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan. Tokoh pertama menanyakan apakah kakaknya sudah dipinang, dan tokoh kedua menjawab bahwa ia telah dipinang. Ini dapat mencerminkan dinamika perubahan dalam kehidupan dan keputusan yang diambil oleh individu.

Gambaran Alam dan Lingkungan: Dua gagak yang terbang di muka dan jalanan tanpa buah dan pohonan menciptakan gambaran lingkungan yang suram dan mungkin kurang menggembirakan. Ini dapat diartikan sebagai simbol kondisi sosial dan lingkungan yang tidak menguntungkan.

Motif Rindu dan Keputusasaan: Penggunaan kata "rindu" dalam puisi ini menunjukkan adanya kerinduan yang mendalam pada petualang. Namun, rindu tersebut juga berdampingan dengan gambaran keputusasaan dan kesendirian, di mana petualang terlihat berjalan sendiri dan mengalami kesulitan dalam perjalanannya.

Konflik Keluarga dan Perubahan: Petualangan ini dapat dilihat sebagai sebuah perjalanan yang mungkin juga berkaitan dengan konflik keluarga dan perubahan dalam identitas. Dalam puisi ini, ada indikasi bahwa anak lelaki yang baik telah meninggalkan rumah pusaka dan sulit untuk kembali.

Keadaan Kampung yang Berubah: Puisi ini menggambarkan perubahan yang terjadi dalam kampung, di mana kondisi yang dulu indah dan berwarna telah berubah. Hal ini dapat diartikan sebagai representasi perubahan sosial dan budaya yang terjadi di sekitar tokoh.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Ballada Petualang
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.