Puisi: Masmur Mawar (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Masmur Mawar" membangkitkan kesadaran tentang penderitaan manusia dan kehadiran Tuhan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Masmur Mawar

Kita muliakan nama Tuhan.
Kita muliakan dengan segenap mawar.
Kita muliakan Tuhan yang manis,
indah, dan penuh kasih sayang.
Tuhan adalah serdadu yang tertembak.
Tuhan berjalan di sepanjang jalan becek
sebagai orang miskin yang tua dan bijaksana
dengan baju compang-camping
membelai kepala kanak-kanak yang lapar.
Tuhan adalah Bapa yang sakit batuk
Dengan pandangan arif dan bijak
membelai kepala para pelacur.
Tuhan berada di gang-gang gelap
Bersama para pencuri, para perampok
dan para pembunuh.
Tuhan adalah teman sekamar para penjinah.
Raja dari segala raja
adalah cacing bagi bebek dan babi.
Wajah Tuhan yang manis adalah meja perjudian
yang berdebu dan dibantingi kartu-kartu.

Dan sekarang saya lihat
Tuhan sebagai orang tua renta
tidur melengkung di trotoar
batuk-batuk kerna malam yang dingin
dan tangannya menekan perutnya yang lapar.
Tuhan telah terserang lapar, batuk, dan selesma,
menangis di tepi jalan.
Wahai, ia adalah teman kita yang akrab!
Ia adalah teman kita semua: para musuh polisi.
Para perampok, pembunuh, penjudi,
pelacur, penganggur, dan peminta-minta.
Marilah kita datang kepada-Nya -
kita tolong teman kita yang tua dan baik hati.

Sumber: Sajak-Sajak Sepatu Tua (1995)

Analisis Puisi:
Puisi "Masmur Mawar" karya W.S. Rendra adalah sebuah karya yang penuh dengan simbolisme agama, penderitaan, dan kebaikan manusia. Dengan menggunakan gambaran Tuhan dalam berbagai situasi dan kondisi, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehadiran ilahi dalam kehidupan manusia.

Pemuliaan terhadap Tuhan: Dalam puisi ini, penyair mengajak untuk memuliakan nama Tuhan dengan segenap mawar, menyampaikan keindahan dan kasih sayang yang diwujudkan dalam persepsi tentang Tuhan.

Gambaran Tuhan yang Menderita: Penyair menyajikan gambaran Tuhan yang tidak lazim, yaitu sebagai sosok yang menderita dan berada di tengah-tengah para penderita, orang miskin, dan terpinggirkan. Hal ini menyoroti aspek kemanusiaan Tuhan yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Kritik terhadap Kehidupan Manusia: Melalui gambaran Tuhan yang menderita dan berada di antara orang-orang terpinggirkan, penyair secara tersirat mengkritik ketidakadilan sosial, ketidakpedulian, dan kesenjangan yang ada dalam masyarakat.

Pemahaman Kehadiran Ilahi: Puisi ini mengeksplorasi pemahaman tentang kehadiran Tuhan di dunia yang penuh dengan penderitaan dan ketidakadilan. Penyair menunjukkan bahwa Tuhan hadir di mana-mana, bahkan di tempat-tempat yang gelap dan terpinggirkan.

Kemanusiaan dan Empati: Pesan kemanusiaan dan empati kuat terpancar dari puisi ini. Penyair menekankan pentingnya untuk datang kepada Tuhan, yang mungkin hadir dalam wujud orang miskin, perampok, pembunuh, dan orang-orang terpinggirkan lainnya.

Puisi "Masmur Mawar" membangkitkan kesadaran tentang penderitaan manusia dan kehadiran Tuhan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dengan penggambaran yang kuat dan gamblang, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan arti kemanusiaan, empati, dan pemahaman akan ketidakadilan sosial dalam masyarakat.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Masmur Mawar
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.