Puisi: Di Antara Bayang-Bayang (Karya Widjati)

Puisi: Di Antara Bayang-Bayang Karya: Widjati
Di Antara Bayang-Bayang


Beribu sajakmu kembali membakar menghanguskan ragaku
Menjelma serpihan topan lumpur dan batu-batu
Duniamu yang belum mau sudah katamu sambil
Melukis huru-hara riuhnya pemberontakan.

Adakah yang lebih sesat di antara dentuman meriam
Barangkali bayanganmu menyimpan seribu satu letusan
Seperti lukisanmu yang mempermainkan sejuta bayang
Bersama tariannya yang menari-nari di hutan belantara.

Astaga, wajahmu wajahku berserakan di sepanjang trotoar
Beribu pasang mata kehilangan kaki-kakinya yang patah
Udara kian menyesak memasuki rongga kehidupan
Mentari kian gosong membakar tubuhmu dan tubuhku.

Wah, segala hitam segala yang legam segala yang
Tubuhmu lumer seperti lilin yang kehabisan lemak
Jangan bimbang saudara karena kita adalah aktor piawai
Yang pandai bersandiwara 'nyanyikan lagu sakitnya zaman'.

Di tengah gemuruhnya suara-suara dari seberang lautan
Masihkah suara gitarmu bergema di sela tangisnya anak-anak jalanan
Beribu mereka entah siapa entah engkau entah aku kutak tahu
Catatan hanya mengenalnya nomor-nomor mereka yang hilang.

Inikah akhir yang kaulukis rindunya sebuah sajak
Sementara awan di atas memancarkan wajahnya yang muram
Mari, habiskan mimpimu dan mimpiku sampai akhir hayat
Sebelum senja menganga di balik liang kasihmu dan kasihku.


Kemantran-Tegal, 25 Oktober 1998

"Puisi Widjati"
Puisi: Di Antara Bayang-Bayang
Karya: Widjati
© Sepenuhnya. All rights reserved.