Puisi: Hidup di Dunia Hanya Sekali (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Hidup di Dunia Hanya Sekali" karya Sutan Takdir Alisjahbana merangkum esensi kehidupan dan dorongan untuk menghargai setiap momen dalam ....
Hidup di Dunia Hanya Sekali

Mengapa bermenung mengapa bermurung?
Mengapa sangsi mengapa menanti?
Menarik menunda badai dahsyat
seluruh buana tempat ngembara
Ria gembira mengejar berlari
anak air di gunung tinggi
memburu ke laut sejauh dapat
Lihat api merah bersorak
naik membubung girang marak
mengutus asap ke langit tinggi!

Mengapa bermenung mengapa bermurung?
Mengapa sangsi mengapa menanti?
Hidup di dunia hanya sekali
Jangkaukan tangan sampai ke langit
Masuk menyelam ke lubuk samudra
Oyak gunung sampai bergerak
Bunyikan tagar berpancar sinar
Empang sungai membanjiri bumi
Aduk laut bergelombang gunung
Gegarkan jagat sampai berguncang
Jangan tanggung jangan kepalang

Lenyaplah segala mata yang layu
Bersinarlah segala wajah yang pucat
Gemuruhlah memukul jantung yang lesu
Gelisahlah bergerak tangan
Terus berusaha selalu bekerja.

Sumber: Lagu Pemacu Ombak (1978)

Analisis Puisi:

Puisi "Hidup di Dunia Hanya Sekali" karya Sutan Takdir Alisjahbana merangkum esensi kehidupan dan dorongan untuk menghargai setiap momen dalam perjalanan hidup. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan metafora yang kaya, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang arti hidup dan pentingnya memanfaatkan kesempatan yang ada.

Pergulatan Emosional Manusia: Puisi ini dimulai dengan serangkaian pertanyaan retoris yang menggambarkan pergulatan emosional manusia: mengapa bermenung, mengapa bermurung, mengapa sangsi, mengapa menanti. Ini mencerminkan kegelisahan dan keraguan yang sering kali mewarnai perjalanan hidup.

Semangat dan Energi: Namun, seiring dengan pertanyaan-pertanyaan itu, puisi juga menggambarkan semangat dan energi kehidupan. Pembaca diajak untuk merasakan kegembiraan dan semangat petualangan melalui gambaran anak air yang memburu ke laut dan api merah yang bersorak.

Hidup Hanya Sekali: Sentral dalam puisi ini adalah pengulangan kalimat "Hidup di dunia hanya sekali". Ini adalah pengingat bahwa kehidupan ini adalah kesempatan yang unik dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Penyair mendorong kita untuk meraih impian kita, mengejar tujuan kita, dan menjalani kehidupan dengan penuh semangat.

Dorongan untuk Bertindak: Puisi ini menekankan pentingnya bertindak, bekerja keras, dan tidak menunda-nunda. Pembaca diajak untuk bergerak maju, menjangkau langit, menyelam ke lubuk samudra, dan memperjuangkan apa yang diinginkan dengan penuh semangat dan dedikasi.

Kesimpulan yang Kuat: Dengan lirik yang menyerukan agar segala mata yang layu bersinar dan jantung yang lesu kembali bersemangat, puisi ini mengingatkan kita bahwa kehidupan adalah tentang tindakan dan pengalaman. Setiap momen harus dihargai dan dimanfaatkan sepenuhnya.

Dengan demikian, puisi "Hidup di Dunia Hanya Sekali" tidak hanya sekadar puisi, tetapi juga seruan inspiratif untuk menghargai kehidupan, bertindak, dan menjalani hidup dengan semangat yang penuh.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Hidup di Dunia Hanya Sekali
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.