Puisi: Siapa yang Mengatakan (Karya Toeti Heraty)

Puisi "Siapa yang Mengatakan" menghadirkan kerumitan pandangan terhadap perempuan, takdir, dan hubungan manusiawi. Toeti Heraty menggunakan ...
Siapa yang Mengatakan


siapa yang mengatakan:
    "bagai kuncup terkulai di tangan"
    yang menyanjungnya
dasar perempuan,
    berterima kasih dalam-dalam
    karena takdir telah menyentuhnya
takdir? bahwa dunia merekah dan
    dupa keramat melingkari dengan mantra
    mantra abadi?
dengan senyum pada pandang karena
sendiri tidak berdaya, pada pergelangan tangan
    mesra menghelanya ke taman hakiki
hati padat-penuh kekaguman akan
manusia jantan, semacam dewa!
siapa pula yang mengatakan:
    "ikatan restu antara dua
    insan dewata"

lazim,
sebagai halnya tanda rahasia ditimbulkan
pretensi-pretensi sewajarnya

kuncup berduri, geli dan kesal
taman hakiki.


Sumber: Sajak-Sajak 33 (1973)


Catatan:
D.H. Lawrence

Analisis Puisi:
Puisi "Siapa yang Mengatakan" karya Toeti Heraty menciptakan suatu perbincangan kompleks tentang pandangan terhadap perempuan, takdir, dan hubungan manusiawi. Dengan menggunakan bahasa yang kaya dan simbolisme yang mendalam, Toeti Heraty menyajikan pemikiran yang reflektif dan membingungkan.

Tema Kekuatan Perempuan: Puisi ini membuka dengan pertanyaan retoris tentang siapa yang mengatakan bahwa perempuan "bagai kuncup terkulai di tangan." Ungkapan ini dapat diartikan sebagai representasi stereotip atau ekspektasi sosial terhadap perempuan. Namun, langkah berikutnya menunjukkan bahwa perempuan merespon dengan senyum pada takdir dan menghargainya dalam-dalam. Ini menciptakan gambaran perempuan yang kuat dan tahan banting meskipun tantangan.

Simbolisme Takdir dan Mantra: Puisi membawa konsep takdir dan mantra abadi yang mengelilingi dunia yang merekah. Ini menciptakan suasana mistis dan spiritual. Takdir di sini dapat dilihat sebagai kekuatan alam atau nasib, sementara mantra abadi mungkin merujuk pada tradisi spiritual atau kebijaksanaan yang melekat pada kehidupan.

Pandangan Terhadap Manusia Jantan: Puisi menyajikan pandangan hati yang "padat-penuh kekaguman akan manusia jantan, semacam dewa!" Ini menciptakan gambaran bahwa kekaguman terhadap pria diukur dalam dimensi spiritual atau bahkan mitologis. Mungkin ini adalah ekspresi terhadap kekuatan dan daya tarik yang diakui dalam tradisi tertentu.

Ikatan Restu sebagai Pretensi Lazim: Istilah "ikatan restu antara dua insan dewata" muncul sebagai simbol hubungan yang diberkahi. Namun, pemakaian kata "lazim" dan "pretensi" menunjukkan bahwa pemikiran ini mungkin adalah bagian dari norma sosial atau pandangan yang diakui, tetapi juga bisa jadi sekadar tampilan atau kedok.

Simbolisme Kuncup Berduri: Puisi diakhiri dengan gambaran "kuncup berduri, geli dan kesal taman hakiki." Simbolisme kuncup berduri dapat merepresentasikan keindahan yang terkandung dalam kehidupan, meskipun ada ketidakpastian dan tantangan. Taman hakiki mungkin mencerminkan kebenaran atau kehidupan yang sejati.

Puisi "Siapa yang Mengatakan" menghadirkan kerumitan pandangan terhadap perempuan, takdir, dan hubungan manusiawi. Toeti Heraty menggunakan bahasa yang sarat dengan simbolisme untuk menyajikan pemikiran-pemikiran yang memicu refleksi dan tafsir beragam. Puisi ini mengundang pembaca untuk mempertimbangkan kompleksitas hubungan manusia, norma sosial, dan bagaimana kekuatan serta keindahan bisa muncul dalam konteks kehidupan yang penuh tantangan.

Puisi Toeti Heraty
Puisi: Siapa yang Mengatakan
Karya: Toeti Heraty

Biodata Toeti Heraty:
  • Toeti Heraty lahir pada tanggal 27 November 1933 di Bandung.
  • Toeti Heraty meninggal dunia pada tanggal 13 Juni 2021 (pada usia 87) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.