Menyeka Peluh
selalu ingin aku duduk di sampingmu
menyeka maut di keningmu menyerupai peluh itu
setetes demi setetes
sampai kau benar-benar pulih
sebab tungku mesti berasap
dan kulihat kau berulang
menuju kamar mandi: mencuci perabotan
atau mematikan tungku
serupa peluh yang tergenang di keningmu
kuterjemahkan maut
dan aku harus segera menyeka
sampai kau tersenyum
menatap langit-langit
atau tertawa menyaksikan
cicak main kawin-kawinan
"seperti kita dulu, cicak itu
tak henti bercumbu," bisikmu
tapi cicak tak pernah pergi
dari dinding sebagai rumahnya
sedang kita berpindah-pindah
("bila kita punya rumah
tanpa memikirkan uang sewa
setiap tahunnya?" tanyamu,
lalu tertidur)
ingin kubayangkan
kita selesaikan peluh
di dalam kamar bukan sewaan
lalu ditenggelamkan
di makam bernama.
2010
Puisi: Menyeka Peluh
Karya: Isbedy Stiawan ZS