Puisi: Malam Purnama (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Malam Purnama" karya Wayan Jengki Sunarta penuh dengan gambaran-gambaran yang kuat tentang kehidupan, keindahan alam, dan kompleksitas emosi ..
Malam Purnama

dari dahan kamboja
kau julurkan tangan
ingin raih bulan

bunga seroja di telaga
melempar lengking tangis bayi ke udara
malam mengambang pada mata perempuan
aku terkenang mata seekor kucing hitam
seorang pemabuk membual di tepi telaga
mengutuki bulan. merayu malam
dan akhirnya memaki diri sendiri
tapi kita juga pemabuk
sebuah sandiwara selesai menjelang senja
aku terkenang kekasih
yang menguap jadi udara

tapi kita juga pemabuk
menenggak apa saja
memuntahkan apa saja
mulut malam yang manis
melempar kata kata umpatan
bulan resah. perempuan melenguh
udara pucat
gemetar mendengar igaumu

sungai mengalir tenang di kaki seorang ibu
aku ingat perjalanan dari kota ke kota
di kotamu aku pernah bahagia
di bawah siraman cahaya neon kita makin fana

pemakaman ditutup dengan khotbah
dan sedikit aroma arak
aku terperangkap dalam doa doa
yang meluruhkan seluruh rusuk

kau mau raih bulan itu?
lenguh perempuan di belukar mengusikku
pohon kamboja yang bercahaya keperakan
menawarimu bunga
sebagai bekal perjalanan
dari kota ke kota
dari kelahiran ke kelahiran

1998

Sumber: Impian Usai (2007)

Analisis Puisi:
Puisi "Malam Purnama" karya Wayan Jengki Sunarta adalah sebuah karya sastra yang memikat dan penuh dengan gambaran-gambaran yang kuat tentang kehidupan, keindahan alam, dan kompleksitas emosi manusia.

Gambaran Alam dan Manusia: Puisi ini dimulai dengan gambaran alam yang kuat, seperti dahan kamboja yang mencoba meraih bulan, serta bunga seroja di telaga yang menciptakan atmosfer yang indah namun penuh dengan kesedihan. Gambaran-gambaran alam ini menjadi latar bagi refleksi kehidupan manusia.

Kompleksitas Emosi dan Pikiran: Penyair menghadirkan berbagai karakter manusia dalam puisi ini, mulai dari bayi yang menangis hingga pemabuk yang merayu malam dan mengutuki bulan. Ada kesan bahwa setiap karakter ini mencerminkan kepingan kehidupan yang kompleks, yang terkadang penuh dengan kegelapan dan kebingungan.

Simbolisme Bulan dan Malam: Bulan dan malam menjadi simbol-simbol penting dalam puisi ini. Bulan digambarkan sebagai objek yang dikejar dan dikutuk, sementara malam mengandung kedalaman dan kegelapan yang mempengaruhi pikiran dan emosi manusia. Keduanya menjadi simbol kehidupan yang penuh dengan kontradiksi dan kompleksitas.

Perjalanan Kehidupan: Puisi ini juga menggambarkan perjalanan kehidupan manusia, dari kota ke kota dan dari kelahiran ke kelahiran. Ada perasaan melankolis yang menyelimuti setiap langkah perjalanan, serta refleksi akan kenangan dan pengalaman yang telah dilalui.

Tanya-Tanya tentang Kehidupan dan Kematian: Melalui gambaran-gambar yang penuh warna dan emosi, penyair menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang arti kehidupan dan kematian. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan eksistensial manusia dan kompleksitas hubungan antara manusia dan alam.

Dengan demikian, "Malam Purnama" bukan hanya sekadar kumpulan kata-kata, tetapi juga sebuah lukisan emosional yang menggambarkan keindahan dan kompleksitas kehidupan manusia. Melalui penafsiran yang mendalam, pembaca diundang untuk menyelami lapisan-lapisan makna yang tersembunyi di balik kata-kata penyair.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Malam Purnama
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.