Puisi: Muara Waktu (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Muara Waktu" merangkai kehidupan manusia dan perjalanan waktu dengan narasi yang puitis dan emosional. Penyair secara mendalam ...
Muara Waktu


dari darah dan air mata,
aku susuri jalan yang kau buka
dengan perih. di lengan malam
kau panjatkan diam
aku tengadah kaku:
bintang meluncur menuju
muara waktu. dari mana aku
mau ke mana aku

kau menyembul dari rekah tanah
menjelma kematian dalam kematian
dan tangis bayi di mulut malam yang lapar
melebur haruku pada arus terakhir nafasmu

siapa akan meruwat
jagat yang sekarat?

biarkan aku mengigau
sampai jauh memburu jejak kasihmu
hingga batas penghabisan hayatku
biarlah bintang yang jadi isyarat perjalananmu
lebur dalam kering nadiku

dari darah dan air mata
aku berkayuh menuju muara waktu.


1995

Sumber: Impian Usai (2007)

Analisis Puisi:
Puisi "Muara Waktu" karya Wayan Jengki Sunarta merangkai kehidupan manusia dan perjalanan waktu dengan narasi yang puitis dan emosional. Penyair secara mendalam mempertimbangkan garis hidup manusia dari perspektif yang cukup introspektif dan filosofis.

Perjalanan Hidup dan Pengalaman Emosional: Puisi ini memperlihatkan perjalanan hidup, mulai dari kelahiran (tangis bayi) hingga kehidupan yang penuh dengan perasaan (darah dan air mata). Proses evolusi hidup seseorang digambarkan sebagai sebuah perjalanan, dari masa kelahiran hingga menuju puncak eksistensi manusia (muara waktu).

Keterikatan dengan Takdir dan Tujuan Hidup: Penyair bertanya kepada dirinya sendiri tentang tujuan hidup dan ke mana arah hidup ini akan bergerak. Rasa keterikatan pada takdir (diperlihatkan oleh bintang sebagai simbol petunjuk) menjadi tema yang cukup kental di sini.

Keabadian dan Akhirat: Ada perdebatan batin tentang esensi dari keabadian dan akhirat. Penyair merenungkan tentang apa yang terjadi setelah hidup dan apakah arah akhir dari setiap perjalanan kehidupan ini.

Kontemplasi Kehidupan dan Kematian: Puisi ini merenungkan perihal kehidupan dan kematian. Dari keberadaan yang penuh rasa hingga pertanyaan filosofis tentang nasib dan takdir, penyair mempertanyakan signifikansi dari segala yang terjadi dalam hidupnya.

Puisi "Muara Waktu" menggambarkan perjalanan hidup manusia dan perasaan yang timbul selama perjalanan ini. Dengan pertanyaan filosofis yang dalam, puisi ini membawa kita pada perenungan akan arti kehidupan, kematian, dan takdir manusia, serta misteri di baliknya. Itu menampilkan perjalanan manusia dari awal sampai akhir, serta kebingungan dan kontemplasi terkait dengan kehidupan dan kematian.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Muara Waktu
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.