Puisi: Notasi Maut (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Notasi Maut" karya Wayan Jengki Sunarta menggambarkan perjalanan hidup dan kematian dengan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat.
Notasi Maut


tak mampu lagi kuigaukan kata puisi
cahaya menyamarkan tanah pijakku
kemana lagi kujelajah jejakmu

wajahku semakin jauh dari cahaya
semakin pucat dan fana
deru angin menggigilkan waktu
mengingatkan tubuh yang pedih
perjalanan itu o, maut
merambat pada lumut-lumut tubuhku

(lenyapkan. lenyapkan igaumu….)

kabut menyeret bayangku
gemerincing kereta makin nyaring
kuulurkan tangan pada siul angin
yang memberi kabar
burung-burung telah pulang dari rantau

kutemukan diriku di situ
menggigil mengundi jiwamu
siapakah yang lebih tulus merindu
o, maut
saudara seperjalananku


1999

Analisis Puisi:
Puisi "Notasi Maut" karya Wayan Jengki Sunarta adalah karya sastra yang penuh dengan simbolisme dan makna mendalam. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan perjalanan hidup dan kematian dengan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat.

Simbolisme Maut: Judul puisi, "Notasi Maut," mengacu pada penggunaan simbolisme maut yang kuat dalam seluruh puisi. Maut di sini digambarkan sebagai sebuah perjalanan yang tak terhindarkan dan menjadi elemen pusat dalam pemahaman puisi ini.

Kegelapan dan Cahaya: Puisi ini memainkan kontras antara kegelapan dan cahaya. Kegelapan melambangkan ketidakpastian dan kematian, sementara cahaya melambangkan kehidupan dan kejelasan. Kontras ini menciptakan atmosfer yang penuh ketegangan dan drama.

Perjalanan dan Pencarian: Puisi ini menciptakan perasaan perjalanan fisik dan spiritual. Penyair merasa terpisah dari jejak yang telah ditinggalkan oleh seseorang (mungkin seseorang yang telah meninggal), dan ia mencoba untuk menemukan kembali dirinya sendiri dalam konteks ini.

Makna Kehidupan: Puisi ini mengajukan pertanyaan tentang makna hidup dan kematian. Penyair menggambarkan ketidakpastian dan rasa takut akan kematian, tetapi juga menyiratkan bahwa kematian adalah bagian dari perjalanan alamiah ke rumah yang lebih akhir.

Rasa Rindu dan Penuh Kehadiran: Puisi ini juga mengandung elemen rindu yang kuat, yang mungkin mengacu pada kerinduan terhadap seseorang yang telah meninggal. Terlepas dari ketidakpastian dan kegelapan, puisi ini juga mencerminkan rasa kehadiran yang kuat dan hubungan yang tak terputus.

Bahasa yang Kaya: Penyair menggunakan bahasa yang kaya dan menggugah dalam puisi ini. Penggunaan kata-kata yang kuat dan gambaran yang mendalam memberikan pengalaman membaca yang mendalam.

Puisi "Notasi Maut" adalah karya sastra yang mendalam dan penuh simbolisme. Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan gambaran yang kuat, penyair menggambarkan perjalanan hidup dan kematian, perasaan rindu, dan makna kehadiran. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti kematian dalam konteks perjalanan keabadian.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Notasi Maut
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.