Puisi: Angkringan (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Angkringan" karya Joko Pinurbo menggambarkan suatu pengalaman yang sederhana, yaitu makan di sebuah warung angkringan, namun mampu ...
Angkringan


Lapar mengajak saya ke warung angkringan
di pinggir jalan. Tuan pedagang angkringan
sedang ketiduran. Ia batuk-batuk, mengerang,
kemudian ia betulkan batuknya yang sumbang.

Saya makan dua bungkus nasi kucing.
Saya bikin kopi sendiri, ambil rokok sendiri.
Saya bayar, saya hitung sendiri. “Kembaliannya
untuk Tuan saja,” kata saya dalam hati.
Lalu saya pamit pulang. “Selamat tidur, pejuang.”

Tuan pedagang angkringan terbangun.
“Tunggu, jangan tinggalkan saya sendirian!”
Setelah semuanya ia bereskan, ia paksa saya
segera naik ke atas gerobak angkringan.
”Berbaringlah, Tuan. Saya antar Tuan pulang.”

Amboi, saya telentang kenyang di atas
gerobak angkringan yang berjalan pelan
menyusuri labirin malam. Saya terbuai, terpejam.
Seperti naik perahu di laut terang, meluncur ringan
menuju rumah impian nun di seberang.
Samar-samar saya lihat bayangan seorang ibu
sedang meninabobokan anaknya dalam ayunan:
Tidurlah, tidur, tidurlah anakku tersayang....


2007

Analisis Puisi:
Puisi "Angkringan" karya Joko Pinurbo menggambarkan suatu pengalaman yang sederhana, yaitu makan di sebuah warung angkringan, namun mampu menghadirkan makna yang dalam dan mengajak pembaca untuk merenungkan berbagai aspek kehidupan.

Kesederhanaan Kehidupan: Puisi ini membahas momen ketika penyair pergi ke warung angkringan, tempat sederhana yang menjual nasi kucing dan kopi. Ini mencerminkan keindahan dalam kesederhanaan kehidupan sehari-hari. Penyair menunjukkan bahwa dia bisa melakukan segalanya sendiri, termasuk membuat kopi dan menghitung pembayarannya.

Empati dan Kebaikan Hati: Puisi ini juga menciptakan perasaan empati terhadap pemilik warung angkringan. Meskipun pemilik tersebut tampak lelah dan sakit, dia tetap berusaha menjalankan usahanya. Penyair menunjukkan kebaikan hatinya dengan memberikan kembali kembalian uang kepada pemilik warung. Ini menggambarkan penghargaan terhadap pekerjaan keras orang lain, bahkan dalam situasi yang sulit.

Metafora Perjalanan Hidup: Ketika pemilik warung angkringan memaksa penyair untuk naik ke gerobak angkringan dan membawanya pulang, ini bisa dianggap sebagai metafora perjalanan hidup. Gerobak angkringan yang perlahan-lahan menyusuri labirin malam menciptakan gambaran perjalanan hidup yang tidak selalu lurus dan terang-benderang. Penyair merasa seperti dia sedang naik perahu di laut yang tenang menuju rumah impian. Ini bisa diartikan sebagai gambaran perasaan damai dan kebahagiaan dalam menjalani hidup meskipun dalam sederhana dan kadang-kadang sulit.

Simbol Ayunan dan Ibu: Pada akhir puisi, penyair melihat bayangan seorang ibu yang meninabobokan anaknya dalam ayunan. Ini menciptakan citra ketenangan dan kasih sayang dalam sebuah keluarga. Simbol ini dapat diartikan sebagai peringatan untuk tidak hanya menghargai keindahan dalam kesederhanaan, tetapi juga pentingnya hubungan keluarga dan kasih sayang dalam hidup.

Puisi "Angkringan" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya yang merayakan keindahan dalam kesederhanaan kehidupan sehari-hari dan mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai seperti empati, kebaikan hati, dan kebahagiaan dalam menjalani hidup. Melalui gambaran metaforis dan simbolisme, penyair menghadirkan makna yang dalam dalam momen-momen yang tampak sederhana.

Puisi: Angkringan
Puisi: Angkringan
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.