Puisi: Berdebur Ombak Berdebur (Karya Agam Wispi)

Puisi "Berdebur Ombak Berdebur" merupakan ekspresi perasaan kekecewaan, keprihatinan, dan panggilan untuk perlawanan terhadap ketidakadilan sosial ...
Berdebur Ombak Berdebur

Berdebur ombak berdebur
Pulau Kayangan jauh ditengah
hancur hatiku hancur
jika nelayan tidak berumah

Di gunung dan hutan orang berperang
rakyat ditindas kepala dirampas
berapa lama kuasa darul-islam
tentara liar rakyat diperas?

Berdebur ombak berdebur
Pulau Kayangan hanyut di tengah
hancur hatiku hancur
jika petani tidak bertanah

Apa gunanya banyak jenderal
jika petani tiada aman
Apa arti tanda-jasa berjubal
jika manipol dibungkamkan

Selagi noda dapat dihapus
agunglah Hasanuddin dan Diponegoro
Jika derita nanti ditebus
rakyatlah hakim dan kau dihalau

Berdebur ombak ke Pulau Kayangan
bermalam sorga si lupa-daratan
hancur teratak, perahu, kampung-halaman
penjudi politik bersarang di hutan

Berdebur ombak berdebur
berdebur ombak berdebur
berdebur ombak berdebur
rakyatku, siaplah! Giring mereka ke lubang kubur!

Makasar30 Maret 1964

Sumber: Gugur Merah (2008)

Analisis Puisi:

Puisi "Berdebur Ombak Berdebur" karya Agam Wispi adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan keprihatinan dan kegelisahan terhadap kondisi sosial dan politik di suatu tempat, mungkin mengacu pada kondisi Indonesia atau daerah lain yang mengalami ketegangan politik dan ketidakadilan sosial.

Gambaran Alam dan Kehidupan: Puisi ini membawa pembaca ke dalam gambaran alam yang penuh dengan ombak dan pulau yang jauh. Namun, di balik keindahan alam tersebut, terdapat kegelisahan dan keprihatinan yang mendalam terhadap kondisi masyarakat yang tidak adil dan terpinggirkan.

Konflik dan Penderitaan: Penyair menyoroti konflik yang terjadi di gunung dan hutan, serta penderitaan rakyat yang ditindas dan dirampas hak-haknya. Konflik internal dan eksternal, serta ketidakadilan sosial, menjadi sorotan utama dalam puisi ini.

Kritik terhadap Kekuasaan dan Elite Politik: Puisi ini menyuarakan kritik terhadap kekuasaan yang otoriter dan elit politik yang korup. Penyair meragukan kegunaan jenderal dan tanda jasa jika rakyat masih hidup dalam ketakutan dan penderitaan, sementara manipulasi politik dan penindasan terus berlangsung.

Panggilan untuk Perlawanan Rakyat: Dengan mengajak rakyat untuk siap-siap melawan dan menghadapi kesulitan, puisi ini mengandung semangat perlawanan dan keinginan untuk membawa perubahan. Ada panggilan untuk bersatu dan menghadapi penindasan bersama-sama, bahkan jika hal itu berarti melawan kekuatan yang lebih besar.

Kritik terhadap Penyimpangan Politik: Penyair mengecam penyalahgunaan kekuasaan oleh penjudi politik yang bertengger di hutan, menunjukkan betapa jauh penyimpangan politik telah merusak tatanan sosial dan alam.

Puisi "Berdebur Ombak Berdebur" merupakan ekspresi perasaan kekecewaan, keprihatinan, dan panggilan untuk perlawanan terhadap ketidakadilan sosial dan politik. Dengan menggunakan gambaran alam dan kehidupan sehari-hari, Agam Wispi menggambarkan sebuah realitas yang keras dan menantang, serta menyuarakan harapan akan perubahan dan keadilan.

Puisi: Berdebur Ombak Berdebur
Puisi: Berdebur Ombak Berdebur
Karya: Agam Wispi
© Sepenuhnya. All rights reserved.