Analisis Puisi:
Puisi "Ketika Agustus telah Lewat" karya Diah Hadaning membawa pembaca ke suasana pasca perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia. Puisi ini menggambarkan suasana yang berbeda setelah perayaan merdeka, di mana semangat dan kegembiraan telah meredup.
Puisi ini dimulai dengan gambaran janur-janur kuning yang layu, terbuang di jalan-jalan dan hanyut di sungai. Hal ini melambangkan semangat dan simbol-simbol merdeka yang telah terlupakan dan ditinggalkan begitu saja. Tiang-tiang bendera pun berdiam diri, tidak lagi terhembus oleh angin atau kibas kain. Ada sesuatu yang berbeda di jantung kota, dan penutur puisi memanggil adiknya untuk merasakan perubahan ini.
Penutur puisi menyatakan bahwa pekik dan tawa yang dahulu menggema tidak lagi terdengar, semangat merdeka sudah pudar. Namun, penutur puisi mengajak adiknya untuk bersantai dan menikmati malam sampai pagi. Tapi dalam nada yang mengandung ironi, penutur puisi menanyakan apakah adiknya tidak percaya bahwa ini adalah tanda orang-orang telah melupakan arti sebenarnya dari kemerdekaan. Penutur puisi mendorong adiknya untuk meninggalkan ruangan sebelum hatinya terjebak dalam kegelapan dan kehampaan yang melingkupi.
Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang semangat kemerdekaan yang semakin memudar setelah perayaan berlalu. Penutur puisi menunjukkan keprihatinannya terhadap masyarakat yang lupa akan arti dan pentingnya kemerdekaan. Melalui ungkapan "ada kerja yang belum selesai, ada matahari yang semakin tinggi," penutur puisi menegaskan bahwa masih banyak yang perlu dilakukan untuk mempertahankan dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
Secara keseluruhan, "Ketika Agustus telah Lewat" menggambarkan perasaan penutur puisi tentang semangat kemerdekaan yang telah memudar setelah perayaan berakhir. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dan mengingat kembali arti sebenarnya dari kemerdekaan, serta mengajak untuk terus bekerja keras dan mempertahankannya.
Puisi: Ketika Agustus telah Lewat
Karya: Diah Hadaning