Puisi: Doa Seorang Pesolek (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Doa Seorang Pesolek" karya Joko Pinurbo menggambarkan seorang individu yang berdoa kepada Tuhan agar kecantikannya tetap terjaga di tengah ...
Doa Seorang Pesolek

Tuhan yang cantik,
temani aku yang sedang menyepi
di rimba kosmetik.

Nyalakan lanskap
pada alisku yang gelap.

Ceburkan bulan
ke lubuk mataku yang dalam.

Taburkan hitam
pada rambutku yang suram.

Hangatkan merah
pada bibirku yang resah.

Semoga kecantikanku tak lekas usai
dan cepat luntur seperti pupur.

Semoga masih bisa kunikmati hasrat
yang merambat pelan menghangatkanku

sebelum jari-jari waktu
yang lembut dan nakal
merobek-robek bajuku.
Sebelum Kausenyapkan warna.

Sebelum Kauoleskan lipstik terbaik
ke bibirku yang mati kata.

2009

Sumber: Baju Bulan (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Doa Seorang Pesolek" karya Joko Pinurbo adalah karya yang menggambarkan seorang individu yang berdoa kepada Tuhan agar kecantikannya tetap terjaga di tengah-tengah proses berdandan atau "pesolekan." Puisi ini berbicara tentang kecantikan, upaya mempertahankannya, dan perasaan individual yang mendasarinya.

Doa dan Kecantikan: Puisi ini dimulai dengan panggilan kepada Tuhan yang disebut sebagai "Tuhan yang cantik." Ini menciptakan kontras antara kecantikan manusia dan kecantikan Tuhan. Penyair merenungkan doanya untuk mempertahankan kecantikannya melalui kosmetik. Ini mencerminkan keinginan untuk memperindah diri yang sering kali ada di masyarakat.

Personifikasi Warna: Penyair menggunakan warna sebagai metfora untuk kecantikan dan perawatan diri. Alis yang gelap, mata yang dalam, rambut yang suram, dan bibir yang resah semuanya merujuk pada elemen-elemen yang sering diperhatikan dalam upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan kecantikan.

Harapan untuk Kecantikan Abadi: Penyair berharap agar kecantikannya tidak pudar atau luntur, seperti "pupur." Ini mencerminkan keinginan seseorang untuk mempertahankan kecantikan dan daya tariknya seiring waktu.

Kehangatan dan Hasrat: Penyair menyebutkan hasrat yang merambat pelan yang menghangatkannya. Ini menyoroti hubungan antara upaya mempertahankan kecantikan dan kepercayaan diri serta hasrat pribadi.

Ketidakabadian Kecantikan: Meskipun ada doa dan upaya untuk mempertahankan kecantikan, puisi ini juga mencerminkan realitas bahwa waktu akan merobek kecantikan tersebut. Penyair menyadari bahwa kecantikan tidak bisa dijaga selamanya.

Proses "Pesolekan": Puisi ini menyoroti ritual dan proses pesolekan, yang sering kali dianggap sebagai cara untuk meningkatkan penampilan dan meningkatkan kepercayaan diri.

Kepribadian dan Identitas: Puisi ini juga mengeksplorasi konsep identitas dan bagaimana upaya-upaya untuk mempercantik diri dapat memengaruhi cara seseorang merasa tentang dirinya sendiri.

Hubungan dengan Tuhan: Puisi ini menciptakan hubungan antara kecantikan fisik dan spiritualitas dengan menghadirkan Tuhan sebagai mitra dalam proses ini. Ada perasaan bahwa Tuhan adalah saksi dari keinginan penyair untuk tetap cantik.

Puisi "Doa Seorang Pesolek" adalah refleksi yang menarik tentang kecantikan, identitas, proses pesolekan, dan perasaan individual terkait dengan upaya mempertahankan penampilan fisik. Ini juga mengangkat pertanyaan yang lebih dalam tentang bagaimana masyarakat mendefinisikan dan menghargai kecantikan serta bagaimana hal itu dapat memengaruhi individu secara emosional dan psikologis.

Puisi: Doa Seorang Pesolek
Puisi: Doa Seorang Pesolek
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.