Puisi: Membaca Bahasa Kota (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Membaca Bahasa Kota" menggambarkan perjuangan untuk memahami dan mengungkapkan kebenaran sejarah dan identitas suatu tempat melalui bahasa ....
Membaca Bahasa Kota
Orang-orang Blank Blenk

Kebun Raja membiarkan pohon-pohonnya
bersaksi sambil menjaring angin malam
ketika orang-orang baju hitam
memasang lilin menata kendang
dan kata-kata meluncur dari lidah-lidah
dan doa-doa meluncur dari jiwa-jiwa
kota wartawan saksi zaman masih tersimpan
kebenaran sejarah tak terungkap
sang penerus tak juga meluruskan
selagi masih ada bahasa kemungkinan
simpan cemas seseorang 'nembang bahasa ibu
ingin Blitar buka lembar manuskrip tua
ingin Blitar saksi sembah raga sembah jiwa
ingin Blitar tumpahkan kejujuran air mata
saat makna merdeka punya sisi seribu dua
sementara badai melipat musim
orang-orang utamakan serigala dalam perut
riah-riuh 'dudukkan serigala di kursi kehormatan
seniman gelar tikar di Kebun raja
Agustus bergulir dalam kata-kata
Dari Gunung, 'ngarai sampai pentura
bapa, kulihat serigala di mana-mana
Serigala dalam dada
Serigala dalam kepala
Kebun raja disergap malam.

Blitar, Agustus 2004

Analisis Puisi:

Puisi "Membaca Bahasa Kota" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjuangan untuk memahami dan mengungkapkan kebenaran sejarah dan identitas suatu tempat melalui bahasa dan simbol-simbol kota. Dengan menggunakan gambaran tentang Kebun Raja dan serigala, penyair menciptakan narasi tentang ketegangan antara keinginan untuk mengungkapkan kebenaran dan realitas politik yang kompleks.

Kebun Raja sebagai Simbol Ketenangan dan Kesaksian: Penyair menggunakan Kebun Raja sebagai simbol ketenangan dan kesaksian, tempat di mana pohon-pohon menyaksikan berbagai peristiwa sejarah dan sosial. Kebun Raja menjadi metafora untuk tempat-tempat yang menjadi saksi bisu terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya.

Konflik antara Sejarah dan Realitas Politik: Puisi ini menyoroti konflik antara kebenaran sejarah yang tak terungkap dan realitas politik yang memanipulasi narasi. Meskipun ada keinginan untuk mengungkapkan kebenaran sejarah, namun realitas politik yang penuh dengan kepentingan dan manipulasi membuat hal ini sulit dilakukan.

Serigala sebagai Simbol Ketidakstabilan dan Ancaman: Penyair menggunakan serigala sebagai simbol ketidakstabilan dan ancaman yang menghantui kehidupan kota. Serigala juga dapat diinterpretasikan sebagai metafora untuk manusia yang rakus kekuasaan dan tanpa belas kasihan, yang mungkin merusak kebenaran dan kedamaian.

Makna Melipatgandakan Makna Kemerdekaan: Puisi ini menggambarkan makna kemerdekaan yang kompleks dan beragam, yang tidak hanya terbatas pada kemerdekaan politik, tetapi juga pada kemerdekaan untuk mengungkapkan kebenaran, identitas, dan nilai-nilai yang sesuai dengan jiwa suatu tempat.

Puisi "Membaca Bahasa Kota" adalah sebuah karya yang menggambarkan perjuangan untuk memahami dan mengungkapkan kebenaran sejarah dan identitas suatu tempat melalui bahasa dan simbol-simbol kota. Dengan menggunakan gambaran tentang Kebun Raja dan serigala, penyair menciptakan narasi tentang ketegangan antara keinginan untuk mengungkapkan kebenaran dan realitas politik yang kompleks.

"Puisi: Membaca Bahasa Kota (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Membaca Bahasa Kota
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.