Puisi: Fragmen Tak Bernama (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Fragmen Tak Bernama" membawa pembaca ke dalam alam semesta yang hidup. Melalui gambaran tarian pohon akasia dan unsur alam lainnya, penyair ...
Fragmen Tak Bernama


Seperti semula, kaunyanyikan lagu purba
menyatu dalam tarian pohon-pohon akasia
ketika adam meninggalkan tanah asalnya
mencari hawa di belantara luka
dalam kicau burung dan risik serangga
angin bersetubuh dengan musimnya.

Tiap senja tiba daun pun rontok
mawar mekar merah senyumnya
ketika layu kau tak menjamahnya
kaubiarkan burung meninggalkan kicaunya
kaubiarkan kupu meninggalkan kepompongnya.

Semesta berproses dalam genggaman kodrat
kehidupan kauciptakan lantas kauremas
pelan-pelan, mengucur darah kefanaan.


1980

Sumber: Sembahyang Rumputan (1996)

Analisis Puisi:
  1. Keindahan Alam dan Penciptaan: Puisi ini membawa pembaca ke dalam alam semesta yang hidup. Melalui gambaran tarian pohon akasia dan unsur alam lainnya, penyair merenungkan kebesaran ciptaan dan keindahan alam. Bahkan saat Adam, leluhur manusia, pergi dari tanah kelahirannya, alam tetap menampilkan keindahannya.
  2. Proses Alamiah Kehidupan: Puisi ini mencerminkan perjalanan alam yang tak pernah berhenti berproses. Perubahan dari senja hingga daun yang rontok, mawar yang mekar dan layu, serta metamorfosis kupu-kupu menunjukkan siklus kehidupan yang terus berlanjut. Sebuah penggambaran tentang keberlangsungan alam dan kehidupan, bahwa segala hal akan melewati siklus hidupnya masing-masing.
  3. Alam dan Manusia: Penyair memperlihatkan bagaimana alam mencerminkan kehidupan manusia. Dalam proses alamiahnya, alam menunjukkan kebesaran ciptaan-Nya, dan dalam keindahan serta siklusnya, juga memberikan perenungan akan keterbatasan manusia di hadapan keabadian dan alam.
  4. Kefanaan Kehidupan: Puisi ini menyampaikan pesan tentang kefanaan kehidupan. Meskipun ada keindahan dan keajaiban alam, kehidupan memiliki sifat sementara dan rentan terhadap kehancuran. Alam memberikan pesan tentang kebesaran penciptaannya, sekaligus kerapuhannya.
Penyair mengajak untuk merenungkan keagungan dan keindahan alam, serta perjalanan kehidupan yang tak pernah berhenti berproses. Dalam keindahan itu, terdapat juga pesan tentang kefanaan kehidupan manusia, di mana semua yang ada di dunia ini adalah sementara. Dengan penggambaran alam yang hidup dan berproses, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang eksistensi dan peran manusia di alam semesta ini.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Fragmen Tak Bernama
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.