Puisi: Jala-Jala yang Tergantung (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Jala-Jala yang Tergantung" karya Diah Hadaning menggambarkan sebuah kampung nelayan yang masih hidup dalam aroma laut, dihembuskan oleh ....
Jala-Jala yang Tergantung

Kampung nelayan masih mengirim bau laut di antara
kesiur anginnya semilir rendah di pohon bunga merak
dan bougenvile menyalami angan-angan yang mencoba
menangkapnya kembali dalam kemasan yang kau
dan aku memahami karena kita ikan-ikan kecil
oleh nasib perkabungan terjaring jala yang sama.

Lelah mencari jejak langkah ayah
terburai angin sepanjang musim
mencoba mengubah diri menjadi ikan-ikan kecil kembali
yang merindukan terjaring jala
tapi jala-jala telah tergantung lama di teritisan.

Nelayan tua saksi zaman
tapi jala-jala telah tergantung lama di kelopak mata
menjadi serat imajinasi bagi mereka yang tak punya lagi masa kini.

Kampung nelayan masih mengirim bau laut di antara
kesiur anginnya semilir rendah di semak hati kita
jala-jala pun tergantung lama
jala-jala pun menjaring umur kita.

Bogor, Mei 1994

Analisis Puisi:

Puisi "Jala-Jala yang Tergantung" karya Diah Hadaning menggambarkan sebuah kampung nelayan yang masih hidup dalam aroma laut, dihembuskan oleh angin lembut yang meniup di antara pohon bunga dan semak-semak. Namun, di tengah keindahan alam, terdapat simbolisme jala-jala yang tergantung, menciptakan gambaran tentang kehidupan yang terjebak dalam nasib dan waktu.

Simbolisme Jala-Jala: Simbol jala-jala mencerminkan perangkap dan keterbatasan yang mengikat manusia, seperti yang dialami oleh para nelayan. Jala-jala yang tergantung lama mengekspresikan perasaan terperangkap dalam nasib dan rutinitas yang tak berubah, seolah-olah waktu telah berhenti di tempat itu. Hal ini menggambarkan perjuangan manusia dalam mencari kebebasan dan arti di tengah keterbatasan yang ada.

Nostalgia dan Kehidupan yang Terjebak: Puisi ini menciptakan atmosfer nostalgia melalui gambaran kampung nelayan yang masih memancarkan aroma laut dan kesiur angin. Namun, nostalgia ini diimbangi dengan perasaan terjebak, terutama dalam mengikuti jejak langkah ayah yang telah terburai oleh waktu dan angin musim. Hal ini mencerminkan perasaan kehilangan dan kebingungan yang dialami oleh individu yang merasa terperangkap dalam lingkaran kehidupan yang tidak berubah.

Pencarian Identitas dan Makna: Puisi ini juga menyentuh tema pencarian identitas dan makna dalam kehidupan. Referensi terhadap upaya untuk mengubah diri menjadi "ikan-ikan kecil" yang merindukan terjaring jala mencerminkan keinginan manusia untuk kembali kepada akar-akarnya dan menemukan makna yang sejati. Namun, keberadaan jala-jala yang tergantung lama menunjukkan bahwa proses ini tidaklah mudah dan seringkali terhambat oleh keterbatasan dan perangkap yang ada.

Kritik Sosial: Puisi ini juga dapat dilihat sebagai kritik sosial terhadap kondisi masyarakat yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan keterbatasan. Meskipun kampung nelayan masih mengirim bau laut dan memiliki keindahan alam yang mempesona, namun keterpurukan dan kekangan nasib masih menghantui kehidupan mereka, seperti yang tercermin dalam simbolisme jala-jala yang tergantung lama.

Puisi "Jala-Jala yang Tergantung" adalah sebuah karya yang menggugah untuk merenung tentang perangkap kehidupan, nostalgia, dan pencarian makna dalam kondisi yang terbatas. Dengan menggunakan simbolisme yang kuat dan gambaran alam yang indah, penyair mengajak pembaca untuk mempertimbangkan arti dari keterpurukan dan perjuangan manusia dalam mencari kebebasan dan makna dalam kehidupan yang terjebak.

"Puisi: Jala-Jala yang Tergantung (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Jala-Jala yang Tergantung
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.