Puisi: Di Sebuah Entah (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Di Sebuah Entah" karya Joko Pinurbo menggambarkan perjalanan emosional dan psikologis seorang tokoh dalam mencari kebenaran, identitas, dan ...
Di Sebuah Entah
untuk ND

Sudah sekian tahun mayatku hilang.
Ngelayap ke mana saja dia ya, kok belum juga pulang.
"Tenang saja. Aku cuma mau iseng cari hiburan,
nonton komedi manusia di kebun binatang."
Begitu ia dulu pamitan.

Pernah kutanyakan pada petugas jawatan penculikan:
"Di manakah mayat saya disimpan?"
Jawabnya: "Mayatmu masih kami sekap
dalam sebuah dokumen rahasia negara."
"Bolehkah saya bicara dengannya sebentar?"
"Tidak bisa. Dia tak akan kami lepas sebelum melengkapi
berkas-berkas identitas: surat, kartu, dan asal-usul yang jelas."

Ada juga yang bilang: "Lho, 'kan mayatmu sedang jalan-jalan.
Mondar-mandir mencari jejakmu. Mengapa kau selalu
menghindar dan menjauh dari kenangan?"

Demikianlah, ceritanya, kami saling kehilangan.
Selalu bersilang langkah, berselisih jalan
di simpang ingatan di sebuah entah
yang senisbi waktu dan selindap ruang.

Sampai suatu malam seseorang datang dalam kuyup hujan,
membuka pintu, menyibak bayang.
"Mayatmu kutemukan di sudut halaman koran yang teronggok
di bak sampah di depan kantor departemen pembredelan."
"Siapakah engkau, perempuan?" aku bertanya.
"Aku seseorang atau sesuatu dari masa silam."

Setelah menyerahkan mayatku ke dalam pelukan,
ia pun menghilang ke balik halusi.
Tapak-tapak kakinya, jejak-jejak darahnya
seakan adalah sakramen: perjalanan panjang sonyaruri
ke sebuah getsemani.

"Coba ceritakan apa yang sesungguhnya terjadi.
Siapa sesungguhnya perempuan yang mengantarmu ke sini?"
"Jangan. Jangan sekarang. Aku masih dalam intaian mata-mata
yang bersembunyi di sini, di bekas luka ini."

Kudekap ia, kubaringkan dalam album keluarga.
"Jangan nakal. Tidurlah dengan sopan
sampai tiba saatnya nanti kaukisahkan semua ini."

1997

Sumber: Celana (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Sebuah Entah" karya Joko Pinurbo mengeksplorasi tema-tema kehilangan, pencarian, dan kenangan.

Kehilangan dan Pencarian: Puisi ini menggambarkan perasaan kehilangan yang mendalam, baik secara fisik maupun emosional. Mayat yang hilang menjadi metafora bagi sesuatu yang penting dan dicari, tetapi sulit untuk ditemukan. Tokoh dalam puisi mencoba mencari jejak mayatnya, tetapi upayanya terasa sia-sia, karena mayat tersebut "selalu menghindar dan menjauh dari kenangan."

Konflik Identitas dan Kenangan: Tokoh dalam puisi ini menghadapi konflik identitas dan memori yang berkelindan. Ada keinginan yang kuat untuk menemukan mayatnya, tetapi juga upaya untuk menghindari atau melupakan kenangan yang menyakitkan atau sulit untuk dihadapi.

Pencarian Kebenaran dan Identitas: Dalam upaya pencarian mayatnya, tokoh dalam puisi ini bertemu dengan seorang perempuan misterius yang mungkin mewakili sesuatu dari masa lalu atau masa silamnya. Pertemuan ini menimbulkan pertanyaan tentang identitas dan kebenaran yang tersembunyi.

Simbolisme dan Metafora: Penyair menggunakan simbolisme dan metafora yang kuat untuk menyampaikan pesan puisi ini. Misalnya, mayat yang hilang menjadi simbol kehilangan dan pencarian, sementara perempuan misterius mewakili sesuatu yang mengganggu dari masa lalu.

Penafsiran yang Terbuka: Puisi ini memberikan ruang bagi berbagai penafsiran yang berbeda. Meskipun penyair menyajikan gambaran yang jelas, makna dan interpretasi puisi ini tetap terbuka untuk pembaca. Ini memungkinkan setiap pembaca untuk merenungkan makna puisi sesuai dengan pengalaman dan pemahaman pribadinya.

Puisi "Di Sebuah Entah" adalah karya yang kompleks dan mendalam yang menggambarkan perjalanan emosional dan psikologis seorang tokoh dalam mencari kebenaran, identitas, dan makna dalam kehilangan dan kenangan. Dengan menggunakan simbolisme yang kuat dan bahasa yang menggugah imajinasi, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kehilangan, pencarian, dan perjalanan hidup.

Puisi: Di Sebuah Entah
Puisi: Di Sebuah Entah
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.