Puisi: Nyanyian Senja Seorang Pecinta (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Nyanyian Senja Seorang Pecinta" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah karya yang indah dan penuh dengan makna. Melalui puisi ini, ....
Nyanyian Senja Seorang Pecinta


Jika aku mati, luluhlah bagai air
menyusup tanah dan batu-batu
menumbuhkan pohonan di tamanmu
putik bunga pun bertemu benihku
membuahkan cintamu.

Jika kau haus, minumlah jiwaku
Jika tubuhmu berdaki
mandilah dalam kasihku
ikan-ikan bahagia dalam asuhanku
kafilah gembira menemuku.

Tiadalah arti hidup jika sekadar hidup
Tiadalah arti mati jika sekadar mati
Jika hidup tiada sebatas hidup
Jika mati pun tiada sebatas mati
(Jika tak takut hidup jiwa pun tak takut mati
karena dalam mati jiwa menemu hidup sejati)

Jika aku mati, luluhlah bagai air
menyusup akar belukar dan pohonan
katak-katak bahagia dalam sejukku
teratai pun tersenyum
dalam ayunan jiwaku.

Tiada makna hidup
jika tiada menghidupi
Tiada nikmat hidup
jika tiada memberi arti
- Jika engkau pelaut
layarkan perahumu
pada keluasan hatiku!


Yogyakarta, 1984/2007

Analisis Puisi:
"Nyanyian Senja Seorang Pecinta" adalah sebuah puisi karya Ahmadun Yosi Herfanda. Puisi ini mengeksplorasi tema cinta, kehidupan, kematian, dan pemberian makna dalam hidup. Dengan bahasa metaforis yang kaya, Herfanda menghadirkan gambaran yang indah tentang cinta dan makna hidup.

Cinta sebagai Kehidupan dan Kematian: Puisi ini menyajikan cinta sebagai kehidupan dan kematian yang menyatu. Jika sang pecinta mati, dia akan luluh dan menyatu dengan alam sekitarnya, menyumbangkan cintanya kepada alam itu sendiri. Airnya akan menyusup tanah dan batu, menumbuhkan pohon dan membuahkan bunga. Hal ini menggambarkan bagaimana cinta yang tulus dapat memberi kehidupan dan makna kepada alam dan orang lain.

Pengorbanan Cinta: Puisi ini juga menyiratkan pengorbanan cinta. Pecinta menyatakan bahwa jiwanya siap untuk diberikan jika sang kekasih merasa haus. Jika tubuhnya berdaki, cintanya akan menjadi mandi yang membersihkan dan membahagiakan sang kekasih. Ikan-ikan bahagia dan kafilah gembira merupakan metafora untuk orang-orang yang bahagia karena cinta pecinta.

Makna Hidup dan Kematian: Puisi ini mencerminkan pandangan tentang makna hidup dan kematian yang dalam. Hidup dan mati tidak hanya sekadar ada atau tiada, tetapi menyatu sebagai satu kesatuan. Hidup tidak bermakna jika hanya sekadar hidup, dan kematian juga tidak bermakna jika hanya sekadar mati. Pecinta menyatakan bahwa jika seseorang tidak takut akan hidup, maka jiwa pun tidak akan takut akan kematian, karena dalam kematian jiwa menemukan hidup sejati.

Hubungan Cinta dan Alam: Puisi ini menggambarkan hubungan cinta dengan alam. Ketika sang pecinta mati, dia menyatu dengan alam, dan alam merespons dengan indah. Akar belukar dan pohonan tumbuh subur, dan katak-katak bahagia berada dalam sejuk cintanya. Teratai pun tersenyum dalam ayunan jiwanya. Ini mencerminkan bahwa cinta memiliki pengaruh yang kuat pada alam dan membawa kebahagiaan bagi semua makhluk di sekitarnya.

Pemberian Makna dalam Hidup: Puisi ini juga menekankan pentingnya memberi makna dalam hidup. Hidup tidak akan bermakna jika hanya berfokus pada diri sendiri. Sebaliknya, hidup menjadi berarti ketika kita memberi arti dan menghidupi orang lain dengan cinta dan pengorbanan.

Puisi "Nyanyian Senja Seorang Pecinta" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah karya yang indah dan penuh dengan makna. Melalui puisi ini, Herfanda menggambarkan tentang cinta yang tulus, pengorbanan cinta, hubungan antara cinta dan alam, serta pentingnya memberi makna dalam hidup. Puisi ini memberi pembaca pengalaman estetis yang dalam dan mengajak untuk merenung tentang makna sejati dalam hidup dan cinta yang menggerakkan roh manusia.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Nyanyian Senja Seorang Pecinta
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.