Puisi: Ranjang Kematian (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Ranjang Kematian" karya Joko Pinurbo menggambarkan metafora ranjang sebagai tempat kematian dan peralihan ke alam lain.
Ranjang Kematian

Ranjang kami telah dipenuhi semak-semak berduri.
Mereka menyebutnya firdaus yang dicipta kembali
oleh keturunan orang-orang mati.
Tapi kami sendiri lebih suka menyebutnya dunia fantasi.

Jasad yang kami baringkan beribu tahun telah membatu.
Bantal, guling telah menjadi gundukan fosil yang dingin beku.
Dan selimut telah melumut. Telah melumut pula
mimpi-mimpi yang dulu kami bayangkan bakal abadi.

Para arwah telah menciptakan sendang dan pancuran
tempat peri-peri membersihkan diri dari prasangka manusia.
Semalaman mereka telanjang, meniup seruling,
hingga terbitlah purnama. Dan manusia terpana, tergoda.

1991

Sumber: Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Ranjang Kematian" karya Joko Pinurbo menggambarkan metafora ranjang sebagai tempat kematian dan peralihan ke alam lain.

Ranjang Sebagai Simbol Kematian: Ranjang dalam puisi ini tidak hanya merupakan tempat tidur, tetapi juga menjadi simbol kematian. Di atas ranjang ini, jasad-jasad telah membatu dan beralih menjadi semak-semak berduri. Ini mencerminkan akhir dari kehidupan fisik dan peralihan ke alam kematian.

Dunia Fantasi dan Realitas: Penyair menggambarkan firdaus yang diciptakan kembali oleh keturunan orang-orang mati sebagai dunia fantasi yang mereka sukai daripada menyebutnya sebagai kenyataan. Ini menyoroti perbedaan persepsi antara dunia nyata dan dunia setelah kematian.

Transformasi Benda-Benda Fisik: Benda-benda fisik seperti bantal, guling, dan selimut juga mengalami transformasi menjadi fosil yang dingin dan melumut. Hal ini mencerminkan perubahan alami yang terjadi pada benda-benda material seiring dengan waktu dan kematian.

Ritual Pemurnian Arwah: Pada malam-malam tertentu, arwah-arwah menciptakan sendang dan pancuran tempat mereka membersihkan diri dari prasangka manusia. Ini menunjukkan adanya ritual atau upacara yang dilakukan oleh arwah untuk mempersiapkan diri sebelum melanjutkan perjalanan mereka ke alam lain.

Daya Tarik Purnama: Purnama dianggap sebagai momen yang memikat dan menakjubkan bagi manusia. Hal ini menyoroti keajaiban alam dan daya tariknya yang dapat mempengaruhi manusia, bahkan dalam keadaan seperti kematian.

Puisi "Ranjang Kematian" menciptakan gambaran yang kuat tentang kematian sebagai peralihan ke alam lain dan transformasi benda-benda fisik yang terjadi seiring dengan waktu. Dengan penggunaan simbolisme dan gambaran alam, Joko Pinurbo mengundang pembaca untuk merenung tentang arti kematian dan perjalanan spiritual manusia.

Puisi Ranjang Kematian
Puisi: Ranjang Kematian
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.