Puisi: Lidah (Karya Remy Sylado)

Puisi "Lidah" karya Remy Sylado menyampaikan pesan tentang kebiasaan omong kosong, manipulasi bahasa, dan dampak dari komunikasi yang tidak tulus.
Lidah

Tidak ada kejemuan
bagi lidah yang keranjingan omong kosong
di bangku-bangku orang bertaruh akan nasib
mempermainkan Siapa menjadi Apa, gila-gilaan...

Ketawa bahak, serapah, menuju masturbasi
terlalu karib sudah, hiburan yang dicinta
Lari dari pemeo, pidato politik tetap baru
tepuk tangan, hore, bagian dialektik berjuang.

Lidah adalah got dari pikiran dan hati
di dunia, bukan cuma di ibu kota Niniwe
mesti datang Yunus, atau siapa pun, menyerbu
satu perkara yang pernah didengar Musa
Jika tidak, lahirlah Nuh, atau siapa pun
yang mengulang pengertian tentang banjir
menyapu got, menggenang tanah, menjadi laut
Lantas siapa Sem, siapa Yafet, siapa Ham....

Analisis Puisi:

Puisi "Lidah" karya Remy Sylado adalah sebuah karya yang penuh dengan kritik sosial dan refleksi mendalam tentang perilaku manusia, terutama dalam konteks kebiasaan berbicara dan berkomunikasi. Melalui puisi ini, Remy Sylado menyampaikan pesan tentang kebiasaan omong kosong, manipulasi bahasa, dan dampak dari komunikasi yang tidak tulus.

Tema

Tema utama dari puisi ini adalah kritik terhadap kebiasaan berbicara tanpa makna, manipulasi dalam komunikasi, dan dampak dari kebohongan atau omong kosong dalam masyarakat. Puisi ini juga menyinggung tentang peran politik dan bagaimana pidato serta retorika sering digunakan untuk memanipulasi opini publik.

Struktur

Puisi ini terdiri dari tiga bait dengan variasi baris yang tidak teratur. Struktur ini mencerminkan aliran pikiran yang mengalir tanpa jeda, menggambarkan bagaimana omong kosong dan kebiasaan berbicara tanpa makna mengalir terus menerus dalam kehidupan sehari-hari.

Gaya Bahasa

  • Metafora: "Lidah adalah got dari pikiran dan hati" adalah metafora kuat yang menggambarkan lidah sebagai saluran untuk ekspresi pikiran dan perasaan, namun juga bisa menjadi saluran kotoran atau kebohongan.
  • Simbolisme: Banyak simbol digunakan, seperti Niniwe, Yunus, Musa, Nuh, Sem, Yafet, dan Ham, yang merujuk pada tokoh-tokoh dan peristiwa dalam kitab suci. Simbol-simbol ini digunakan untuk menggambarkan konsekuensi dari perilaku manusia.
  • Ironi: Ada penggunaan ironi dalam baris-baris seperti "pidato politik tetap baru / tepuk tangan, hore, bagian dialektik berjuang," yang menggambarkan kenyataan bahwa pidato politik sering kali hanya omong kosong yang disambut dengan antusiasme palsu.
Puisi "Lidah" karya Remy Sylado adalah sebuah karya yang tajam dan penuh dengan kritik sosial terhadap kebiasaan berbicara tanpa makna dan manipulasi dalam komunikasi. Melalui penggunaan metafora, simbolisme, dan ironi, Remy Sylado menyampaikan pesan tentang dampak buruk dari omong kosong dan kebohongan dalam masyarakat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya kejujuran dan integritas dalam komunikasi, serta konsekuensi dari perilaku yang tidak tulus.

"Puisi Remy Sylado"
Puisi: Lidah
Karya: Remy Sylado
© Sepenuhnya. All rights reserved.