Membaca Bahasa Hujan
Karena tiada kali direntang jembatan
Kubanjirkan sungai hujan
karena tak sebahasa mengeja makna
Kukejutkan musim bunga dengan pohon tumbang
karena keangkuhan jadi mahkota jiwa
Kulongsorkan bukit-bukit tanah pinggiran
tangis kata Aku hilang Keadilan
Aku sedang Ciptakan penyembuhan.
Seorang perempuan membaca dalam diam:
barangkali melati kembali putih
barangkali mawar kembali merah
harusnya suwung menjadi rumah
harusnya dengung menjadi prasetya sumpah
deras hujan membasuh senja April
deras dzikir membasuh jiwa.
Bogor, April 2004
Puisi: Membaca Bahasa Hujan
Karya: Diah Hadaning