Puisi: Sajak Mabuk Reformasi (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Sajak Mabuk Reformasi" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan kebingungan, kekecewaan, dan penderitaan atas kondisi politik dan sosial ...
Sajak Mabuk Reformasi

Tuhan, maafkan, aku mabuk lagi
dalam pusingan anggur reformasi
menggelepar ditindih bayang-bayang diri
seember tuak kebebasan mengguyurku
membantingku ke ujung kakimu
luka-luka kepalaku, luka-luka dadaku
luka-luka persaudaraanku
luka-luka hati nuraniku.

Aku mabuk lagi, terkaing-kaing
di comberan negeriku sendiri. Peluru tentara
menggasak-gasakku, pidato pejabat
merobek-robek telingaku, penggusuran
menohokku, korupsi memuntahiku
katebelece meludahiku, suksesi
mengentutiku, demonstrasi mengonaniku
likuidasi memencretkanku, kemiskinan
merobek-robek saku bajuku.

Tuhan, maafkan, aku mabuk lagi
menggelinding dari borok ke barah
dari dukun ke setan, dari maling ke preman
dari anjing ke pecundang, dari tumbal
ke korban, dari krisis ke kerusuhan
dari bencana ke kemelaratan!

Aku mabuk lagi, mana maling mana polisi
mana pahlawan mana pengkhianat, mana
pejuang mana penjilat, mana mandor
mana pejabat, mana putih mana hitam
mana babi mana sapi, mana pelacur
mana bidadari, mana perawan mana janda
mana Tuhan mana hantu? Semua nyaris seragam
begitu sulit kini kubedakan

Tuhan, maafkan, aku mabuk lagi!
Berhari-hari, berbulan-bulan
tanpa matahari.

Jakarta, Mei 1998

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Mabuk Reformasi" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah ungkapan yang kuat tentang penderitaan, kekecewaan, dan kebingungan atas kondisi politik dan sosial Indonesia pasca-reformasi.

Metafora Mabuk: Puisi ini menggunakan metafora "mabuk" sebagai gambaran atas kebingungan dan kekecewaan yang dirasakan oleh penulis terhadap kondisi politik dan sosial yang rumit. "Mabuk" di sini bukan hanya merujuk pada pengaruh alkohol, tetapi juga pada kebingungan dan ketidakstabilan yang disebabkan oleh reformasi yang seharusnya membawa perubahan positif namun justru menimbulkan banyak masalah.

Kritik terhadap Reformasi: Penulis dengan tegas menyampaikan kritiknya terhadap jalannya proses reformasi di Indonesia. Meskipun reformasi diharapkan akan membawa perubahan positif, namun dalam kenyataannya, hal itu tidak terjadi. Puisi ini mencatat berbagai masalah dan ketidakpuasan yang muncul setelah era reformasi, termasuk korupsi, kejahatan, pengkhianatan, dan ketidakadilan.

Penderitaan Individu dan Masyarakat: Puisi ini juga menggambarkan penderitaan yang dirasakan oleh individu dan masyarakat Indonesia akibat kondisi politik dan sosial yang tidak stabil. Metafora luka-luka yang menghiasi tubuh penulis mencerminkan penderitaan yang dirasakan oleh banyak orang dalam berbagai aspek kehidupan mereka.

Pencarian Identitas dan Kehilangan Arah: Puisi ini mencerminkan pencarian identitas dan kebingungan atas arah yang harus diambil oleh masyarakat Indonesia pasca-reformasi. Penulis merasa kehilangan arah dalam kekacauan dan ketidakpastian yang melanda, sehingga sulit bagi mereka untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, antara siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang tidak.

Permohonan Pemahaman dan Pengampunan: Puisi ini juga mencerminkan rasa penyesalan dan keinginan untuk mendapatkan pemahaman dan pengampunan dari Tuhan atas keadaan yang rumit dan penuh penderitaan ini.

Puisi "Sajak Mabuk Reformasi" adalah sebuah puisi yang kuat dan menggugah yang menggambarkan kebingungan, kekecewaan, dan penderitaan atas kondisi politik dan sosial Indonesia pasca-reformasi. Melalui metafora yang kuat dan bahasa yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dalam mencari jalan keluar dari kekacauan yang melanda.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Sajak Mabuk Reformasi
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.