Puisi: Serenada Merah Padam (Karya W.S. Rendra)

Puisi "Serenada Merah Padam" karya W.S. Rendra melukiskan adegan kehidupan liar dan alami dalam kumpulan kucing.
Serenada Merah Padam


Sekawan kucing
berpasang-pasangan
mengeong di kegelapan.
Sekawan kucing
mengeong dengan bising
mengeong dengan panas
di kegelapan.
Manisku! manisku!

Sekawan kucing
berpasang-pasang
saling menggosokkan tubuhnya
di kegelapan
Seekor kucing jantan
menyapukan kumisnya yang keras
ke bulu perut betinanya.
Maka yang betina berguling-guling
di atas debu tanah.
Menggeliat dan berguling-guling
tak terang pandang matanya.

Serta dari mulutnya
keluar suara panjang
kerna telah dilemahkan
seluruh urat badannya.
Manisku! Manisku!
Dengarlah bunyi kucing
mengganas di kegelapan.
Seekor kucing jantan
menggeram dengan dalam
di leher betinanya.
Maka
selagi sang betina kecapaian
ia pun menyeringai
di kegelapan.


Sumber: Empat Kumpulan Sajak (1961)

Analisis Puisi:
Puisi "Serenada Merah Padam" karya W.S. Rendra adalah karya sastra yang melukiskan adegan kehidupan liar dan alami dalam kumpulan kucing. Puisi ini menggunakan gambaran alam dan perilaku kucing untuk merujuk pada kehidupan dan keinginan manusia.

Penggambaran Kumpulan Kucing: Puisi ini menggambarkan kumpulan kucing dalam suasana yang penuh dengan gairah dan kehidupan. Kucing-kucing ini berinteraksi dengan bising dan panas di dalam kegelapan. Gambaran ini menghadirkan adegan yang terikat pada naluri alami, dengan pasangan kucing yang mengeong dan saling menggosokkan tubuhnya.

Hubungan Antara Kucing Jantan dan Betina: Kehadiran kucing jantan dan betina dalam puisi ini menciptakan perumpamaan terhadap hubungan antara pria dan wanita. Kucing jantan menyapukan kumisnya yang keras ke bulu perut betina, menunjukkan aspek dari hubungan seksual. Gambaran ini memunculkan gambaran adegan yang juga menekankan kekuasaan dan pemuasan keinginan.

Kehidupan Liar dan Alami: Puisi ini menggambarkan kehidupan liar dan alami, di mana kucing-kucing berinteraksi sesuai dengan naluri mereka. Kehadiran kucing jantan yang menggeram dan betina yang berguling-guling menciptakan gambaran adegan yang penuh dengan energi dan intensitas.

Kata "Manisku! Manisku!": Penggunaan frasa ini menciptakan nuansa rasa ingin tahu, keinginan, dan antusiasme. Frasa ini dapat merujuk pada suara kucing, namun juga dapat menggambarkan perasaan manusia yang berhubungan dengan naluri dan hasrat.

Bahasa dan Imaji yang Intens: Penggunaan bahasa yang intens dan imaji yang kuat menghadirkan kesan kehidupan dan gairah dalam puisi ini. Bahasa sederhana namun deskriptif memberikan gambaran yang kuat tentang adegan yang digambarkan.

Puisi "Serenada Merah Padam" karya W.S. Rendra adalah karya yang menggambarkan adegan kehidupan alamiah kumpulan kucing dengan menggunakan imaji yang kuat dan bahasa yang sederhana namun menggambarkan kehidupan liar dan gairah. Puisi ini dapat diartikan sebagai perumpamaan tentang kehidupan dan hubungan manusia dalam konteks alam dan naluri alami.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Serenada Merah Padam
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.