Puisi: Parang Gupito, Luka di Busur Langit (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Parang Gupito, Luka di Busur Langit" menggambarkan suatu perjalanan emosional yang mendalam dan melibatkan unsur-unsur budaya Jawa, serta ...
Parang Gupito, Luka di Busur Langit


Ke Kedokan, Nok, ke Kedokan
kau kubur mimpi musim padi
kau kubur mimpi pengantin lelaki
bagai persik di pandan duri
angin kering menyapa
setiap langkahnya
di keruh telaga Kedokan
kuulur-ulur harapan
kukukur-ukur wawasan
kujaring-jaring cinta atasan
Dhenok berkata muram
matahari meleleh di celah dada
telah cair jantung perawan
menyatu pada telaga kubangan
seseorang menabuh gamelan
senja-senja, mencoba mengusir lara
di atas telaga langit kesumba
angin njemput anak musimnya
senja kian menuba, di udara
ada yang nari berpasangan
Gusti Pangeran, itu kembang
Parang Gupito, di telaga tanpa warna
orang-orang memekik panjang
senja mengerang.


Jakarta, September 1987

Analisis Puisi:
Puisi "Parang Gupito, Luka di Busur Langit" karya Diah Hadaning menggambarkan suatu perjalanan emosional yang mendalam dan melibatkan unsur-unsur budaya Jawa, serta citra alam yang kuat. Puisi ini mengandung berbagai lapisan makna yang menarik untuk dijelajahi.

Lukisan Alam dan Sebuah Cerita: Puisi ini dimulai dengan penampilan lanskap alam, yang diceritakan dalam simbolisasi seorang wanita, Dhenok, yang tenggelam dalam alam imajiner. Ada kontras antara pemandangan alam dan kondisi emosional yang melingkupi tokoh wanita ini.

Simbolisme Budaya Jawa: Puisi ini menyelipkan banyak simbol budaya Jawa, seperti Kedokan, simbol langit kesumba, Parang Gupito, dan bahkan gamelan. Gamelan merupakan alat musik Jawa yang berperan penting dalam budaya Jawa, dan simbol ini menambah latar yang kental akan budaya Jawa dalam puisi ini.

Ekspresi Emosional yang Kuat: Melalui penggunaan gambaran visual dan metafora, puisi ini menggambarkan kondisi emosional yang mendalam. Perasaan kesedihan, kehilangan, dan kesendirian tercermin dalam narasi puisi.

Misteri dan Keraguan: Puisi ini memberikan nuansa misteri dan pertanyaan. Kata-kata seperti "Kedokan" dan "Parang Gupito" mungkin memiliki makna yang lebih dalam, dan mereka membawa nuansa yang membingungkan namun menarik.

Keselarasan dengan Alam: Penyair menggambarkan keadaan alam dengan gaya yang mendalam, menggambarkan perasaan dan emosi tokoh dalam puisi sesuai dengan suasana alam.

Konflik Emosional dan Ruang Kosong: Ada konflik emosional yang terkandung di dalam puisi ini, ditampilkan dalam dialog dan interaksi antara karakter-karakter yang terlibat. Ada juga perasaan ruang kosong dan ketidakpastian yang menciptakan kebingungan bagi pembaca.

Puisi "Parang Gupito, Luka di Busur Langit" adalah sebuah karya sastra yang sarat dengan makna dan nuansa emosional yang dalam. Melalui imajinasi visual dan gambaran alam yang kuat, puisi ini menciptakan atmosfer misteri dan menggambarkan kompleksitas perasaan dan emosi. Puisi ini memadukan elemen alam, budaya, dan emosi manusia dengan indah dan penuh daya tarik.

"Puisi: Parang Gupito, Luka di Busur Langit (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Parang Gupito, Luka di Busur Langit
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.