Puisi: Hari Pun Tiba (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Hari Pun Tiba" karya Sapardi Djoko Damono merupakan sebuah refleksi yang mendalam tentang perubahan waktu, perjalanan hidup, dan kesadaran ...
Hari Pun Tiba

Hari pun tiba. Kita berkemas senantiasa
kita berkemas sementara jarum melewati angka-angka
kau pun menyapa: ke mana kita
tiba-tiba terasa musim mulai menanggalkan daun-daunnya

tiba-tiba terasa kita tak sanggup menyelesaikan kata
tiba-tiba terasa bahwa hanya tersisa gema
sewaktu hari pun merapat
jarum jam sibuk membilang saat-saat terlambat.

1967

Sumber: Duka-Mu Abadi (1969)

Analisis Puisi:
Puisi "Hari Pun Tiba" karya Sapardi Djoko Damono merupakan sebuah refleksi yang mendalam tentang perubahan waktu, perjalanan hidup, dan kesadaran akan keterbatasan manusia. Puisi ini menghadirkan gambaran perjalanan waktu yang terus berjalan, serta bagaimana manusia meresponsnya.

Perubahan Waktu dan Perjalanan Hidup: Puisi ini menggambarkan perubahan waktu dengan penggunaan frasa "Hari pun tiba." Frasa ini mengindikasikan bahwa waktu terus berjalan dan setiap hari merupakan bagian dari perjalanan panjang hidup. Penggunaan "kita berkemas senantiasa" dan "kita berkemas sementara" menyoroti bahwa dalam perjalanan waktu, kita harus terus melangkah dan merespons perubahan.

Kesadaran akan Keterbatasan: Penyair menunjukkan kesadaran akan keterbatasan manusia dalam menghadapi waktu dan perubahan. Penggunaan frasa "kau pun menyapa: ke mana kita" menggambarkan kebingungan dan pertanyaan tentang arah dan tujuan dalam hidup. Meskipun manusia mencoba untuk memahami dan mengontrol waktu, mereka tetap terbatas dalam kemampuan mereka untuk melakukannya.

Perubahan Musim dan Kehidupan: Penggambaran "tiba-tiba terasa musim mulai menanggalkan daun-daunnya" melambangkan perubahan alam dan perubahan dalam kehidupan manusia. Seperti musim yang berubah, manusia juga mengalami fase berbeda dalam hidup mereka. Penggunaan kata "tiba-tiba" menekankan bahwa perubahan bisa terjadi dengan cepat dan tak terduga.

Ketidakpastian dan Keterlambatan: Puisi ini juga menyoroti ketidakpastian dan kecemasan akan keterlambatan dalam hidup. Kata "tiba-tiba terasa bahwa hanya tersisa gema" menggambarkan perasaan bahwa waktu semakin berkurang dan hanya meninggalkan jejak yang samar. Penggunaan "jarum jam sibuk membilang saat-saat terlambat" menekankan urgensi dan kesadaran akan berlalunya waktu.

Puisi "Hari Pun Tiba" karya Sapardi Djoko Damono merupakan sebuah refleksi mendalam tentang perjalanan waktu, perubahan, kesadaran akan keterbatasan manusia, dan ketidakpastian hidup. Penyair menggunakan gambaran waktu dan perubahan alam untuk menggambarkan perjalanan hidup manusia yang penuh dengan tantangan, pertanyaan, dan kesadaran akan kecepatan perubahan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Hari Pun Tiba
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.