Puisi: 1943 (Karya Chairil Anwar)

Puisi "1943" karya Chairil Anwar penuh dengan gambaran-gambaran yang intens dan penuh makna, mengekspresikan kegelisahan dan kekacauan zaman yang ...
1943

Racun berada di reguk pertama
Membusuk rabu terasa di dada
Tenggelam darah dalam nanah
Malam kelam-membelam
Jalan kaku-lurus. Putus
Candu.
Tumbang
Tanganku menadah patah
Luluh
Terbenam
Hilang
Lumpuh.
Lahir
Tegak
Berderak
Rubuh
Runtuh
Mengaum. Mengguruh
Menentang. Menyerang
Kuning
Merah
Hitam
Kering
Tandas
Rata
Rata
Rata
Dunia
Kau
Aku
Terpaku.
1943

Sumber: Aku Ini Binatang Jalang (1986)

Analisis Puisi:
Puisi "1943" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan gambaran-gambaran yang intens dan penuh makna, mengekspresikan kegelisahan dan kekacauan zaman yang dihadapi.

Gagasan Tentang Kekosongan dan Kehampaan: Puisi ini dimulai dengan gambaran yang kuat tentang racun dalam reguk pertama, menciptakan gambaran tentang kehampaan dan kekosongan yang mendalam. Chairil Anwar membangun suasana yang gelap dan terasa hampa, merefleksikan keadaan batin yang terkoyak dan terputus.

Gambaran Kekacauan dan Penderitaan: Dalam puisi ini, Chairil Anwar menggunakan gambaran-gambaran kegelapan, nanah, dan tenggelam darah untuk mengekspresikan penderitaan dan kekacauan yang dirasakan oleh individu maupun masyarakat pada masa itu. Malam kelam-membelam dan jalan yang kaku-lurus menciptakan gambaran tentang keputusasaan dan kesulitan dalam mencari jalan keluar.

Perubahan dan Kehancuran: Dalam puisi ini, terdapat serangkaian kata-kata yang mengekspresikan perubahan, kehancuran, dan perlawanan. Dari tegak hingga runtuh, dari mengaum hingga menyerang, Chairil Anwar menciptakan gambaran dinamika perjuangan dan perubahan dalam keadaan yang sulit.

Warna-Warna dan Kematian: Penyair menggunakan warna-warna seperti kuning, merah, dan hitam untuk mengekspresikan kekacauan dan kematian yang melanda. Warna-warna ini menciptakan gambaran tentang kehancuran dan kegelapan yang mendominasi suasana.

Kesimpulan yang Terpaku: Puisi ini berakhir dengan kesimpulan yang terpaku, menciptakan gambaran tentang keputusasaan dan kebingungan yang mendalam. Chairil Anwar mengekspresikan perasaan terjebak dan terhempas dalam keadaan yang sulit dan penuh penderitaan.

Dengan demikian, "1943" oleh Chairil Anwar bukan hanya sekadar rangkaian kata-kata, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang kekacauan dan keputusasaan yang melanda pada masa itu. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang penderitaan dan kehampaan, serta mengeksplorasi makna dan realitas yang tersembunyi di balik kata-kata yang digunakan.

Chairil Anwar
Puisi: 1943
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.