Puisi: Kucing Hitam (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Kucing Hitam" karya Joko Pinurbo menggambarkan hubungan yang kompleks antara manusia dan hewan peliharaan dengan menggunakan kucing hitam ....
Kucing Hitam

Kucing hitam yang ia pelihara dengan kasih sayang
kini sudah besar dan buas.
Tiap malam dihisapnya darah lelaki perkasa itu
seperti mangsa yang pelan-pelan harus dihabiskan.

"Jangan anggap lagi aku si manis yang mudah terbuai
oleh belaianmu, hai lelaki malang.
Sekarang akulah yang berkuasa di ranjang."

Lelaki perkasa itu sudah renta dan sakit-sakitan.
Tubuhnya makin hari makin kurus, sementara kucing hitam
yang bertahun-tahun disayangnya makin gemuk saja
dan sekarang sudah sebesar singa dan ngeongnya
sungguh sangat mengerikan.

Si tua yang penyabar itu lama-lama geram juga.
Tiap malam si hitam gemuk mengobrak-abrik ranjangnya
dan melukai tidurnya.

"Sebaiknya kita duel saja," si kurus menantang.
"Boleh," jawab si gemuk hitam. "Nanti
tulang-belulangmu kulahap sekalian."

"Ayo kita tempur!"
"Ayo kita hancur!"
"Jahanam besar kau!"
"Jerangkong hidup kau!"

Parah. Tubuh lelaki itu telah berwarna merah,
wajahnya bersimbah darah. Gemetaran ia berdiri
dan diangkatnya kedua tangannya tinggi-tinggi.
"Hore, aku menang!" teriaknya lantang, lalu disepaknya
bangkai kucing maut itu berulang-ulang. "Jahanam besar kau!"

2000

Sumber: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Kucing Hitam" karya Joko Pinurbo menggambarkan hubungan yang kompleks antara manusia dan hewan peliharaan dengan menggunakan kucing hitam sebagai metafora kekuasaan dan kehancuran. Melalui narasi ini, penyair mengeksplorasi tema kekuasaan, penipuan, dan pertempuran yang terjadi dalam hubungan yang tampaknya tidak berbahaya.

Metafora Kucing Hitam: Kucing hitam dalam puisi ini melambangkan kekuatan yang semakin bertambah dan mengancam dalam hubungan. Awalnya dianggap sebagai hewan peliharaan yang tidak berbahaya, kucing hitam tumbuh menjadi ancaman yang tak terbendung bagi kehidupan lelaki malang tersebut.

Perubahan dalam Hubungan: Hubungan antara lelaki malang dan kucing hitam mengalami perubahan dramatis seiring waktu. Kucing yang dulunya disayangi dan dilindungi dengan kasih sayang, tiba-tiba berubah menjadi ancaman bagi kehidupan lelaki tersebut. Ini mencerminkan bagaimana kekuatan dan hubungan manusia dapat berubah secara tak terduga.

Simbolisme Pertarungan: Pertarungan antara lelaki malang dan kucing hitam mewakili konflik kekuasaan dan kehancuran. Keduanya saling menantang dan berusaha untuk mendominasi satu sama lain, menciptakan suasana tegang dan kekerasan yang memuncak pada kematian tragis kucing hitam. Pertarungan ini menggambarkan ketidakmampuan manusia untuk mengendalikan kekuatan yang telah mereka ciptakan.

Pesan tentang Konsekuensi Kekuasaan: Puisi ini juga menyiratkan pesan tentang konsekuensi dari kekuasaan yang disalahgunakan. Meskipun lelaki malang merayakan kemenangannya atas kucing hitam, akhirnya ia terluka dan menderita. Ini mengingatkan pembaca akan bahaya penyalahgunaan kekuasaan dan pentingnya memperlakukan hewan dan hubungan dengan penuh penghargaan dan pertimbangan.

Puisi "Kucing Hitam" adalah sebuah penggambaran yang kuat tentang konflik kekuasaan dan kehancuran dalam hubungan manusia dan hewan peliharaan. Melalui metafora kucing hitam, penyair menyoroti ketidakmampuan manusia untuk mengendalikan kekuatan yang telah mereka ciptakan, serta konsekuensi tragis dari penyalahgunaan kekuasaan. Ini adalah peringatan yang kuat tentang pentingnya bertanggung jawab dan penuh perhatian dalam setiap bentuk hubungan yang kita miliki.

Puisi: Kucing Hitam
Puisi: Kucing Hitam
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.