Puisi: Di Seberang Selembar Daun (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Di Seberang Selembar Daun" karya Afrizal Malna menggambarkan narasi tentang eksistensi individu dalam konteks alam semesta yang luas.
Di Seberang Selembar Daun

Aku bukan seluruh daun di pohon ini. Aku hanya 
selembar daun di pohon ini. Hanya pohon ini dan
 
hanya selembar daun. Aku hanya selembar daun 
yang tumbuh di leherku. Hanya berwarna hijau sep
erti selembar daun. Aku hanya selembar daun yang
 
berbicara menggunakan mulutku. Maksudku, 
mulutku adalah selembar daun yang berbicara 
menggunakan mulutku. Maksudku, aku hanya 
selembar daun yang selembar daun. Jangan rayu aku 
untuk menjadi pohon walau kau berikan tuhan kepa
daku. Jangan rayu aku untuk menjadi seluruh daun
 
pada pohon ini walau kau berikan janji kematian pa
daku. Aku bukan soal kematian dan soal tuhan. Aku 
mirip, maksudku mirip dengan pertanyaan aku hidup
 
bukan untuk seluruh yang kau katakan setelah 
kematian. Setelah kematian aku bukan hidup dan ke
matian bukan selembar daun yang mewakili seluruh 
daun di pohon ini.

Aku hanya selembar warna hijau dari pohon yang 
aku tak tahu namanya. Pohon yang membuat aku
 
tahu aku berada di sini dan hidup di sini. Maksudku, 
jangan kau takuti aku seperti kanak-kanak yang
 
berlari di seberang kematian. Aku mengingatnya, 
waktu-waktu, dan, lihatlah di luar sana, lihatlah
 
orang-orang berjalan dengan kakinya, pohon-pohon 
tumbuh, anak-anak bermain merasakan kebahagiaan 
memiliki tawa, langit yang dibuat dari rambut 
perempuan. Aku adalah selembar daun yang dijahit 
pada sebatang pohon.

Sumber: Museum Penghancur Dokumen (2013)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Seberang Selembar Daun" karya Afrizal Malna menggambarkan narasi tentang eksistensi individu dalam konteks alam semesta yang luas. Melalui metafora selembar daun, Malna menyampaikan pesan tentang identitas, eksistensi, dan hubungan manusia dengan alam.

Eksplorasi Identitas: Puisi ini menggambarkan eksistensi individu sebagai selembar daun di tengah kebesaran alam semesta. Dengan penggunaan repetisi frasa "Aku hanya selembar daun", Malna menekankan bahwa individu ini tidak lebih dari bagian kecil dari keseluruhan. Namun, dalam keunikan dan keterbatasannya, ia tetap memiliki identitas yang unik. Melalui pengulangan ini, penyair mengundang pembaca untuk merenungkan tentang konsep diri dan identitas, menyoroti pentingnya menerima dan menghargai keunikan setiap individu.

Hubungan dengan Alam dan Lingkungan: Dalam puisi ini, alam digambarkan sebagai entitas yang berpengaruh dan menginspirasi. Selembar daun mengaitkan dirinya dengan pohon, langit, anak-anak yang bermain, dan berbagai elemen alam lainnya. Hal ini mencerminkan hubungan yang erat antara manusia dengan alam, serta peran alam dalam membentuk identitas dan pengalaman manusia. Penyair menekankan pentingnya menghargai keindahan alam dan menjalin keterhubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar.

Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini juga mengangkat pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang kehidupan, kematian, dan tujuan hidup. Melalui penggalan "Aku bukan soal kematian dan soal tuhan", Malna menyoroti bahwa individu ini lebih fokus pada kehidupan di dunia ini daripada pada konsep-konsep metafisik. Dengan demikian, puisi ini mengajak pembaca untuk mempertimbangkan makna hidup dan eksistensi dalam konteks yang lebih konkret dan terestrial.

Secara keseluruhan, puisi "Di Seberang Selembar Daun" mengundang pembaca untuk merenung tentang identitas, hubungan dengan alam, dan pertanyaan eksistensial. Melalui metafora selembar daun, Afrizal Malna menggambarkan kompleksitas manusia dalam konteks alam semesta yang luas, menyoroti keunikan, kebersamaan, dan makna kehidupan. Puisi ini mengajak pembaca untuk memahami dan menghargai kedalaman eksistensi manusia serta keterhubungannya dengan alam dan lingkungan sekitarnya.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Di Seberang Selembar Daun
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.