Sumber: Baju Bulan (2013)
Analisis Puisi:
Puisi "Air Mata" karya Joko Pinurbo adalah karya sastra pendek yang memuat makna mendalam dalam 4 baris yang singkat. Meskipun pendek, puisi ini mengandung sejumlah makna.
Simbolisme Hujan: Puisi ini dimulai dengan baris "Biarkan hujan yang haus itu," yang menggunakan hujan sebagai simbol. Hujan sering digunakan dalam sastra sebagai lambang pembaharuan, pembersihan, atau pembebasan. Di sini, hujan digambarkan sebagai sesuatu yang "haus," yang menunjukkan bahwa hujan diharapkan untuk menghilangkan sesuatu yang telah lama tertahan.
Air Mata Sebagai Pemberat: Baris kedua, "melahap air mata," memberikan perasaan bahwa air mata memiliki beban emosional yang berat. Puisi ini menggambarkan air mata sebagai sesuatu yang menghambat, seperti sesuatu yang perlu "dilahap" atau "dikonsumsi" oleh hujan.
Air Mata yang Mendidih: Kata-kata "air mata yang mendidih" menyoroti kekuatan emosi yang ada dalam air mata. Mendidih adalah gambaran yang kuat, menunjukkan bagaimana emosi dalam air mata dapat mencapai titik maksimal, seolah-olah mencapai kondisi kritis.
Pesan Puisi: Dalam 4 baris yang singkat, puisi ini dapat diartikan sebagai pernyataan bahwa terkadang, hujan yang membaharui atau membersihkan diperlukan untuk meredakan atau mengatasi beban emosi. Ini menggambarkan proses pemulihan atau pelepasan dari beban emosional yang ada dalam air mata.
Puisi "Air Mata" adalah contoh bagus dari bagaimana puisi dapat menyampaikan pesan yang kuat dalam beberapa kata saja. Melalui penggunaan simbolisme dan gambaran, puisi ini menggambarkan bagaimana hujan dan air mata bisa diartikan sebagai pembersihan atau pelepasan emosi yang mendalam.
Puisi: Air Mata
Karya: Joko Pinurbo