Puisi: Guru yang Selamat dari Perang (Karya Acep Syahril)

Puisi "Guru yang Selamat dari Perang" menggambarkan hubungan antara seorang guru dengan murid-muridnya, serta ketidakpastian, kerinduan, dan ...
Guru yang Selamat dari Perang


Kamu sendiri tidak tau bentuk dahimu guru, dahi yang
pernah kau tawarkan pada kami yang
kemarin dipermainkan
angin seperti bau jari-jari tangan kami yang berubah-ubah
walaupun sebenarnya kami pernah tau
tentang tubuhmu
yang kurus kecil itu tapi apakah kamu masih ingat saat
kami memungut harapanmu pagi itu harapan yang kamu
propaganda-kan melalui perang tentang bagaimana cara
mencintai kami setelah bertahun-tahun guru kami terdahulu
dengan terang-terangan mengencingi alis mata kami alis mata
yang di dalamnya menyimpan bunga kangkung genjer dan
kembang bayam yang cantik namun menurut mereka tidak
pantas untuk ditaruh di jambangan.

Ah sungguh menyakitkan kamu sendiri tidak tau bentuk punggung
telingamu guru tapi sebagai murid yang ingin belajar cara
membersihkan sisa makanan di sela-sela rambut ini
kami akan sabar menunggumu sampai kau bisa memotong
kumismu agar kami tau apakah engkau juga meminum kopi
yang sama seperti kami cepatlah bergegas guru kami sudah
tidak sabar melihat kau bermain cengkeling dengan kuju dari
sepatu para menteri dan sepatu para
legislatif yang bau itu
agar kami tau bagaimana mereka membuat arsiran di petak-petak
politik yang mereka bicarakan saat orang-orang
membungkus harapan.


2014

Analisis Puisi:
Puisi "Guru yang Selamat dari Perang" karya Acep Syahril merupakan sebuah karya yang penuh dengan metafora yang kuat dan bahasa yang mendalam. Puisi ini menggambarkan hubungan antara seorang guru dengan murid-muridnya, serta ketidakpastian, kerinduan, dan harapan dalam konteks situasi perang yang tidak jelas.

Metafora dan Bahasa Metaforis: Penyair menggunakan bahasa yang kaya dengan metafora dan gambaran yang kuat. Misalnya, penjelasan tentang tidak mengetahui wajah dan ciri fisik guru, seperti dahi, telinga, atau punggung, mewakili ketidakmampuan murid untuk benar-benar memahami atau melihat guru dengan jelas. Ini dapat diartikan sebagai kesulitan murid untuk benar-benar memahami dan mengenali peran guru mereka di tengah kekacauan perang.

Kontras dan Ironi: Puisi ini mengeksplorasi kontras yang tajam antara harapan yang diajarkan oleh guru sebelumnya dan realitas yang dihadapi oleh murid-murid dalam keadaan perang. Ada ironi yang mendalam di antara harapan yang diajarkan dan perlakuan yang sebenarnya diterima murid dari pihak otoritas yang ada.

Permainan Kata dan Pencitraan: Penyair menggunakan permainan kata yang kuat dan pencitraan yang intens untuk menunjukkan konflik internal murid yang terpisah antara harapan dan realitas, serta kerinduan mereka untuk lebih memahami guru mereka.

Pesimisme dan Ketidakpastian: Puisi ini menyiratkan ketidakpastian dan kesedihan murid terhadap situasi yang tidak menentu dalam perang. Meskipun mereka ingin memahami guru mereka lebih dalam, situasi perang dan lingkungan yang tidak jelas membuat hal tersebut sulit untuk dicapai.

Dengan menggabungkan permainan kata, imajinatif, dan ironi, Acep Syahril memberikan pandangan yang jujur dan intens tentang hubungan antara guru dan murid dalam situasi yang penuh konflik dan kekacauan. Hal ini membawa kita untuk merenungkan betapa sulitnya memahami peran seorang guru dalam situasi yang tidak pasti dan penuh dengan ketidakadilan, sementara tetap mencoba memahami dan menemukan arti dari harapan dan ajaran yang diajarkan.

Puisi Guru yang Selamat dari Perang
Puisi: Guru yang Selamat dari Perang
Karya: Acep Syahril
© Sepenuhnya. All rights reserved.