Puisi: Tukang Potret Keliling (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Tukang Potret Keliling" karya Joko Pinurbo menggambarkan kisah seorang tukang potret keliling yang memiliki cita-cita untuk memotret seorang ..
Tukang Potret Keliling

Cita-citanya tinggal satu: memotret
seorang pujangga yang ia tahu tak pernah suka
diambil gambarnya. Ia ingat bual
seorang peramal: "Kembaranmu akan
berakhir pada paras seorang penyair."

Demikianlah, dengan tangan gemetar,
ia berhasil mencuri wajah penyair pendiam itu
dengan tustelnya. Ia bahagia, sementara
sang pujangga terpana: "Ini wajahku,
wajahmu, atau wajah kita?"

Tak lama kemudian tukang potret keliling itu
mati. Tubuhnya yang sementara terbujur
di sebuah ruangan yang dindingnya
penuh dengan foto karyanya.
Ada foto penyair. Tapi tak ada foto dirinya.

Kerabatnya bingung. Mereka tidak menemukan
potretnya untuk dipajang di dekat peti matinya.
"Sudah, pakai foto ini saja," cetus seorang
dari mereka sambil diambilnya foto pujangga.
"Lihat, mirip sekali, nyaris serupa. Ha-ha-ha...."

Penyair kita tampak di antara kerumunan
pelayat yang berdesak-desakan
memanjatkan doa di sekeliling peti almarhum.
Ada seorang ibu yang dengan haru
mengusap foto itu: "Hatinya pasti manis.
Di akhir hayatnya wajahnya keren abis."

2007

Sumber: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Tukang Potret Keliling" karya Joko Pinurbo menggambarkan kisah seorang tukang potret keliling yang memiliki cita-cita untuk memotret seorang penyair yang pendiam.

Cita-Cita Tukang Potret: Tukang potret keliling dalam puisi ini memiliki cita-cita untuk memotret seorang penyair yang pendiam. Meskipun penyair tersebut tidak suka difoto, tukang potret memiliki obsesi untuk mengabadikan wajahnya.

Keceriaan dan Keberhasilan Sementara: Dengan tangan gemetar, tukang potret berhasil mencuri wajah penyair pendiam tersebut dengan teknik potret cepatnya. Meskipun awalnya terpana, penyair tersebut kemudian bertanya-tanya apakah potret itu menggambarkan dirinya, tukang potret, atau keduanya.

Kematian Tukang Potret: Tukang potret keliling tersebut kemudian meninggal, dan ketika tubuhnya terbujur di ruangan yang dipenuhi dengan foto-foto hasil karyanya, terdapat foto penyair, tetapi tidak ada foto dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun dia mengabadikan banyak orang melalui potretnya, dia sendiri tidak pernah memiliki potretnya yang dipamerkan.

Ironi dan Humor: Ada elemen ironi dan humor dalam puisi ini, terutama ketika keluarganya mengalihkan perhatian dari ketiadaan potret tukang potret dengan menggunakan foto penyair sebagai penggantinya. Hal ini menggambarkan ironi bahwa meskipun tukang potret memotret banyak orang, termasuk penyair, dia tidak pernah memiliki potretnya sendiri.

Puisi "Tukang Potret Keliling" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya yang menghadirkan gambaran tentang kehidupan seorang tukang potret keliling yang memiliki obsesi untuk memotret seorang penyair. Dengan sentuhan ironi dan humor, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang obsesi, keberhasilan sementara, dan ketidaksempurnaan dalam hidup.

"Puisi: Tukang Potret Keliling (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Tukang Potret Keliling
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.