Analisis Puisi:
Puisi "Sembilan Bait Nyanyian untuk Cheng Ho" menciptakan epik perjalanan Cheng Ho, pelaut Cina terkenal, yang menjelajah samudra dan menorehkan jejaknya di berbagai pelosok dunia.
Setting dan Perjalanan Cheng Ho: Puisi ini dimulai dengan penggambaran jalanan dan sepeda di jalan raya Dongfeng Dongfu. Penggunaan setting ini membawa pembaca ke suasana jalanan di mana perjalanan Cheng Ho menjadi fokus. Rute perjalanan Cheng Ho melibatkan sejumlah pelabuhan dan kampung kelahirannya, seperti Kun Yang, Semarang, Aceh, Palembang, Malaka, dan Singapura.
Bunga Sembilan Warna: Metafora "bunga sembilan warna" menunjukkan keindahan dan keberagaman yang dihadirkan oleh perjalanan Cheng Ho. Meskipun cuaca menjelang musim gugur, Cheng Ho tetap membawa suasana musim bunga dalam kisahnya.
Makam Haji Ma dan Ayah Cheng Ho: Puisi merenung di depan makam Haji Ma, ayah Cheng Ho, sebagai penghormatan terhadap pelaut perkasa ini. Sentuhan Islami terlihat dari doa Al-Fatihah yang dibacakan di depan makam. Namun, puisi juga menyiratkan ketidakjelasan mengenai makam ibu Cheng Ho, menambah elemen misteri dalam narasi.
Pembacaan Sejarah: Puisi membawa pembaca ke abad ke-15 dan 16 dengan membawa pengalaman Cheng Ho dan menciptakan gambaran pengalaman sejarahnya. Penggunaan kata-kata seperti "laksamana yang menjelajah tapi tidak menjajah" menunjukkan karakter Cheng Ho yang mengutamakan eksplorasi dan perdamaian dalam perjalanan lautnya.
Identitas Cina Cheng Ho: Penggunaan bahasa dan metafora dari budaya Cina, seperti "kaligrafi biru" dan "barongsai gduk-gduk-ceng," menambahkan dimensi etnis dan budaya Cheng Ho dalam perjalanan sejarahnya.
Pencarian dan Penemuan Cheng Ho: Puisi mencerminkan perjalanan pencarian dan penemuan Cheng Ho, tidak hanya dalam hal geografi tetapi juga makna dan identitas. Melalui rute perjalanan yang melibatkan pelabuhan-pelabuhan dunia, Cheng Ho ditempatkan sebagai tokoh yang menjelajah tidak hanya fisik tetapi juga filosofis.
Puisi "Sembilan Bait Nyanyian untuk Cheng Ho" membawa pembaca pada perjalanan epik Cheng Ho yang melewati batasan waktu dan ruang. Puisi ini bukan hanya narasi sejarah, tetapi juga refleksi mendalam tentang arti perjalanan, identitas, dan pencarian dalam kehidupan seseorang yang menjelajah di samudra luas dan mencatatkan namanya dalam sejarah dunia.
Karya: Taufiq Ismail
Biodata Taufiq Ismail:
- Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
- Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.