Puisi: Turun Kembali (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Turun Kembali" karya Amir Hamzah merenungkan hubungan antara manusia dan Tuhan, serta perbedaan antara dimensi dunia dan spiritual.
Turun Kembali

Kalau aku dalam engkau
dan kau dalam aku
adakah begini jadinya
aku hamba engkau penghulu?

Aku dan engkau berlainan
engkau raja, maha raya
cahaya halus tinggi mengawang
pohon rindang menaung dunia.

Di bawah teduh engkau kembangkan
aku berdiri memati hari
pada bayang engkau mainkan
aku melipur meriang hati

Diterangi cahaya engkau sinarkan
aku menaiki tangga, mengawan
kecapi firdausi melena telinga
menyentuh gambuh dalam hatiku

Terlihat ke bawah kandil kemerlap
melambai cempaka ramai tertawa
hati duniawi melambung tinggi
berpaling aku turun kembali.

Sumber: Nyanyi Sunyi (1937)

Analisis Puisi:
Puisi "Turun Kembali" karya Amir Hamzah adalah sebuah karya sastra yang merenungkan hubungan antara manusia dan Tuhan, serta perbedaan antara dimensi dunia dan spiritual.

Pertentangan Antar Dimensi: Tema utama dalam puisi ini adalah pertentangan antara dimensi dunia dan spiritual. Penyair menggambarkan hubungan antara manusia dan Tuhan, yang terasa berbeda dan penuh kontras. Manusia, yang diwakili oleh "aku," adalah makhluk yang terikat pada dunia fisik, sedangkan Tuhan, yang diwakili oleh "engkau," adalah keberadaan yang maha kuasa dan spiritual.

Metafora Hierarki: Puisi ini menggambarkan hierarki yang kuat antara manusia dan Tuhan. Tuhan digambarkan sebagai "raja" dan "maha raya," sedangkan manusia digambarkan sebagai "hamba" yang patuh.

Perbandingan Antar Cahaya dan Bayang: Penyair menggunakan perbandingan antara cahaya dan bayang untuk menggambarkan perbedaan antara dimensi dunia dan spiritual. Cahaya diwakili oleh Tuhan dan dimensi spiritual, sementara bayang mewakili dunia fisik dan kehidupan manusia. Penyair menggambarkan bagaimana cahaya Tuhan menerangi dan mengangkat jiwa manusia, sementara dunia fisik hanya memberikan kesenangan sementara.

Perubahan Spiritual: Puisi ini menggambarkan perubahan spiritual yang dialami oleh manusia. Manusia merasa terangkat dan disentuh oleh kehadiran Tuhan, yang digambarkan sebagai "cahaya halus tinggi." Puisi ini menggambarkan perasaan kagum dan rasa ingin tahu tentang dimensi spiritual yang lebih tinggi.

Kesadaran akan Realitas Duniawi: Meskipun penyair merasakan pengalaman spiritual yang mendalam, ia juga menyadari realitas duniawi. Puisi ini menggambarkan bagaimana manusia, meskipun merasa terangkat oleh pengalaman spiritual, akhirnya harus "turun kembali" ke dunia fisik dan menghadapi realitas sehari-hari.

Puisi "Turun Kembali" adalah karya yang merenungkan hubungan manusia dengan Tuhan dan perbedaan antara dimensi dunia dan spiritual. Penyair menggambarkan kontras antara hierarki manusia dan Tuhan, serta pengalaman spiritual yang membawa perubahan dalam jiwa manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perbedaan antara dunia fisik dan spiritual serta peran Tuhan dalam kehidupan manusia.

Tengku Amir Hamzah
Puisi: Turun Kembali
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.