Puisi: Baju Baru (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Baju Baru" karya Joko Pinurbo menggambarkan sebuah kisah sederhana tentang kegembiraan mendapat hadiah baju baru dari ayah, namun di balik ...
Baju Baru

Hari ini bapak gajian.
Gaji bapak naik sedikit,
harga-harga naik banyak.
Bapak belikan aku baju,
hadiah naik kelas.
Bajuku bagus, bagus bajuku,
bergambar presiden naik becak,
tukang becaknya mirip bapak.
Presidennya tertawa,
bang becaknya pura-pura tertawa.
Presidennya berteriak “Merdeka!”,
tukang becaknya berteriak “Meldeka!”
Seminggu dipakai terus,
bajuku dicuci ibu.
Ibu bingung, habis dicuci
bajuku rusak gambarnya.
Becaknya masih,
tukang becaknya masih,
tapi presidennya entah ke mana.

2011

Analisis Puisi:

Dalam puisi "Baju Baru," Joko Pinurbo menggambarkan sebuah kisah sederhana tentang kegembiraan mendapat hadiah baju baru dari ayah, namun di balik kegembiraan tersebut tersembunyi ironi dan kritik sosial.

Representasi Simbolis, Baju Baru dan Presiden: Baju baru yang diberikan oleh ayah kepada anaknya merupakan simbol kegembiraan dan harapan akan sesuatu yang baru dan segar dalam kehidupan. Namun, gambar presiden di atas baju menjadi simbol ironi dan kritik sosial terhadap realitas politik di mana janji-janji dan representasi pemerintahan seringkali hanyalah gambaran yang kosong dan tidak sesuai dengan kenyataan.

Kontras Antara Harapan dan Kehidupan Nyata: Kontras antara kegembiraan anak atas baju baru dan ironi di balik gambar presiden menciptakan gambaran tentang ketidakseimbangan antara harapan ideal dan kenyataan yang keras. Meskipun anak merasa senang dengan hadiahnya, namun kekecewaan muncul saat baju tersebut rusak setelah dicuci, menyiratkan bahwa harapan akan perubahan dan kemajuan seringkali bertabrakan dengan realitas yang keras dan tidak sesuai.

Kritik Sosial Terhadap Janji Politik: Puisi ini juga mengandung kritik sosial terhadap politik dan janji-janji yang seringkali tidak dipenuhi oleh para pemimpin. Melalui gambar presiden yang hilang setelah baju dicuci, Pinurbo menyiratkan bahwa janji-janji politik seringkali hanya menjadi "luntur" dan tidak berbekas dalam kehidupan nyata rakyat.

Dengan menggunakan kisah sederhana tentang baju baru dan gambar presiden, Joko Pinurbo berhasil menyampaikan pesan yang dalam tentang ironi kehidupan dan kritik sosial terhadap realitas politik. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perbedaan antara harapan dan kenyataan, serta menyoroti pentingnya mempertanyakan dan mengkritisi janji-janji politik yang seringkali tidak terealisasi.

Puisi: Baju Baru
Puisi: Baju Baru
Karya: Joko Pinurbo
© Sepenuhnya. All rights reserved.