Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kereta Malam Daratan Asia (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Kereta Malam Daratan Asia" karya Taufiq Ismail mengajak kita untuk merenung tentang perjalanan hidup kita sendiri, tentang harapan dan ...
Kereta Malam Daratan Asia

Ada yang memburu-buru di belakang kereta malam Thai Express
Ada yang menembus-nembus di antara jutaan dedaunan
Angin meluncur, mersik gugur, bayang-bayang rawa malam
Serasa bukit-bukit benua
Serasa lewat jendela tua
Dentang-dentang suara
Ada yang meloncat-loncat di bantalan rel kereta malam
Ada yang menggores garis sinar di atas kelam
Cahaya tak terjangkau,
                mungkin sebutir bintang yang dilupakan
Ada bulan lepas sabit, tegak lurus atas bukit
Tanah-tanah hitam
Padang-padang lalang
Pagoda-pagoda tua
Siul sunyi
Di sini ...
Burung-burung hutan
Bunyi air terjun
Warna-warna yang hilang
Warna-warna yang berlainan
Siapa saling mengejar? Kini?
Suara. Warna. Nafas. Cahaya.
Musim kemarau yang terlampau keras
Telah singgah di setasiun kecil
Tak jauh dari danau. Di barat telik yang menganga
Penjaja yang menerikkan jajanan
Debu September yang naik perlahan
Ketika tiga rahib, berjubah merah muda,
                            melintas di jalanan
Pecahan-pecahan batu cadas
Sebuah sinyal yang letih
Dan bunyi peluit putih
Ada yang menggariskan jalan paralel ini
Malam diturunkan, bintang-bintang dipasang dan
                    angin jadi dingin
Bulan lepas sabit
Pun terbit
Serasa bukit-bukit benua
Serasa lewat jembatan tua
Tanah lalang
Padang habis terbakar
Dentang-dentang suara
Dan garis cahaya parabola, tipis dan tajam
Mungkin sebutir bintang yang kulupakan
Selama ini, Gugus Bimasakti
Lewat jendela kayu jati
Meluncur angin dingin
Ada kesunyian memburu di belakang itu dan
            aku merasa
                                                    ingin
Menoleh. Tapi adalah kelam jutaan daunan
Serasa mersik gugur
Serasa di atas rawa malam
Menggaris cahaya parabola, tipis dan tajam
Mungkin sebutir bintang yang terlupakan
Selama ini.

Bangkok, 30 September 1967

Sumber: Horison (September, 1968)

Analisis Puisi:

Puisi "Kereta Malam Daratan Asia" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya yang melukiskan perjalanan malam yang penuh dengan nuansa melankolis dan reflektif. Melalui puisi ini, Taufiq Ismail mengajak pembaca untuk menyelami keheningan dan keindahan yang tersembunyi dalam perjalanan kereta malam, serta menggambarkan pengalaman yang melampaui fisik, menuju ke alam spiritual dan emosional.

Melodi Keheningan dalam Perjalanan

Puisi ini menggambarkan suasana yang dibangun oleh pergerakan kereta malam yang melintasi daratan Asia. Baris pertama, "Ada yang memburu-buru di belakang kereta malam Thai Express," langsung membawa kita ke dalam suasana perjalanan yang cepat, namun diiringi oleh keheningan yang misterius. Perjalanan malam ini tidak hanya membawa penumpang secara fisik, tetapi juga membawa mereka melintasi waktu dan ruang yang penuh dengan kenangan dan rasa.

Keheningan yang mendalam menjadi elemen yang dominan dalam puisi ini. Taufiq Ismail dengan piawai menggunakan elemen suara yang redup dan sunyi, seperti "dentang-dentang suara" dan "siul sunyi," untuk menggambarkan bagaimana kesunyian menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman perjalanan malam. Suara-suara ini bukan hanya sekadar bunyi latar, tetapi juga simbol dari perjalanan batin yang dialami oleh penumpang.

Gambaran Alam dan Keterhubungan dengan Spiritualitas

Puisi ini juga dipenuhi dengan deskripsi alam yang kaya dan mendalam, seperti "bayang-bayang rawa malam," "padang lalang," dan "pagoda-pagoda tua." Elemen-elemen alam ini bukan hanya berfungsi sebagai latar tempat, tetapi juga sebagai cerminan dari dunia batin penumpang. Alam yang digambarkan dalam puisi ini memiliki keheningan yang mistis, menciptakan suasana yang mengundang refleksi dan introspeksi.

Ada juga elemen spiritual yang terasa dalam puisi ini, seperti "tiga rahib, berjubah merah muda, melintas di jalanan." Kehadiran rahib dalam puisi ini mungkin menandakan perjalanan yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga spiritual, di mana perjalanan kereta malam menjadi metafora untuk perjalanan hidup yang penuh dengan pencarian makna.

Bintang yang Terlupakan: Simbol Harapan dan Kenangan

Salah satu simbol yang menonjol dalam puisi ini adalah "sebutir bintang yang terlupakan," yang muncul beberapa kali sepanjang puisi. Bintang ini mungkin melambangkan harapan yang terlupakan atau kenangan yang tertinggal di belakang selama perjalanan hidup. Bintang ini adalah cahaya kecil di tengah kegelapan, mengingatkan kita pada sesuatu yang mungkin pernah kita lupakan, tetapi masih ada di sana, menunggu untuk ditemukan kembali.

Cahaya bintang ini, meskipun tipis dan tajam, menjadi pengingat bahwa di tengah kegelapan perjalanan malam, selalu ada secercah harapan atau kenangan yang bisa membawa kita kembali ke jalur yang benar. Bintang yang terlupakan ini mungkin juga melambangkan tujuan atau impian yang sudah lama terabaikan, namun masih tetap ada dalam alam bawah sadar kita.

Puisi "Kereta Malam Daratan Asia" karya Taufiq Ismail adalah sebuah karya yang penuh dengan nuansa kesunyian, keindahan alam, dan refleksi spiritual. Melalui gambaran perjalanan kereta malam, Taufiq Ismail berhasil menangkap esensi dari sebuah perjalanan yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga emosional dan spiritual. Suasana sunyi, simbol bintang yang terlupakan, dan kehadiran alam yang misterius, semuanya berpadu menjadi sebuah simfoni kesunyian yang menyentuh hati.

Puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang perjalanan hidup kita sendiri, tentang harapan dan kenangan yang mungkin telah kita lupakan, namun masih menyertai perjalanan kita. Dalam setiap perjalanan, baik itu nyata maupun metaforis, selalu ada keindahan yang tersembunyi dan pelajaran yang bisa kita ambil, jika kita mau melihatnya dengan hati yang terbuka.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Kereta Malam Daratan Asia
Karya: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.