Puisi: Pengantar Matahari (Karya Afrizal Malna)

Puisi "Pengantar Matahari" karya Afrizal Malna menghadirkan gambaran yang kompleks tentang perubahan alam dan manusia, serta interaksi antara ...
Pengantar Matahari

Kau jalan telah habis membawa mobil-mobil ke tauhidku.
matahari tak lagi menjemput pohon. laut tak lagi pelihara
ikan. semua pantai pergi mencari manusia. aku di samping
mu,
terus saja memaki.

Mari, dada.

Kalau laut telah habis membawa ikan-ikan ke tauhidku.
gunung tak lagi menjemput para pendaki. hutan mengusir
seluruh pengembara. aku di sampingmu, terus saja saling
berbunuh tak mati-mati.

Bernyanyilah sendiri sajalah, dada. tanah hanya bekerja
menunggu kubur semua telah menjadi hewan di tanganku.
membangun keperihan. jam di tangan telah habis
meng
hitung matahari.

1983

Sumber: Abad yang Berlari (1984)

Analisis Puisi:

Puisi "Pengantar Matahari" karya Afrizal Malna menghadirkan gambaran yang kompleks tentang perubahan alam dan manusia, serta interaksi antara keduanya. Dengan penggunaan bahasa yang kuat dan imajinatif, penyair menggambarkan perubahan dramatis dalam dunia yang diiringi oleh kehadiran matahari.

Kontradiksi antara Alam dan Manusia

Puisi ini menggambarkan kontradiksi antara alam dan manusia. Sementara alam berubah dan beradaptasi dengan keberadaan manusia, manusia sendiri terlibat dalam konflik internal dan eksternal. Misalnya, ketika mobil-mobil telah habis membawa ke tauhidku, ini menggambarkan bagaimana keberadaan manusia dan teknologi modern telah mengubah hubungan mereka dengan alam.

Personifikasi Alam

Penyair menggunakan personifikasi untuk memberikan karakteristik manusia kepada alam. Matahari, pohon, laut, gunung, dan hutan diperlakukan seolah-olah mereka memiliki kehendak sendiri dan reaksi terhadap perilaku manusia. Hal ini menekankan betapa pentingnya interaksi dan ketergantungan antara manusia dan alam.

Kritik Sosial

Puisi ini juga mencakup elemen kritik sosial, terutama terhadap perilaku manusia terhadap alam dan satu sama lain. Penyair menunjukkan bahwa dalam kehadiran manusia, alam telah mengalami kerusakan yang parah dan hubungan sosial juga terganggu. Terus-menerus saling memaki dan saling berbunuh mencerminkan konflik internal dan eksternal yang merajalela di antara manusia.

Kesimpulan yang Menyayat Hati

Puisi ini mencapai puncaknya dengan kesimpulan yang menyayat hati tentang kehancuran yang diakibatkan oleh interaksi manusia dengan alam dan sesama manusia. Dengan baris-baris terakhir yang menggambarkan tanah yang menunggu kuburan dan matahari yang telah habis dihitung, penyair menghadirkan gambaran kehampaan dan kehancuran.

Puisi "Pengantar Matahari" adalah sebuah puisi yang mendalam dan kompleks yang mengeksplorasi hubungan antara manusia dan alam, serta konflik internal dan eksternal dalam masyarakat. Dengan bahasa yang kuat dan imajinatif, Afrizal Malna berhasil menciptakan sebuah karya sastra yang memukau dan memberikan pemikiran mendalam kepada pembaca tentang dampak interaksi manusia dengan alam dan sesama manusia.

Puisi Afrizal Malna
Puisi: Pengantar Matahari
Karya: Afrizal Malna

Biodata Afrizal Malna:
  • Afrizal Malna lahir pada tanggal 7 Juni 1957 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.