Analisis Puisi:
Puisi "Rindu Tak Terkuburkan" karya Beni Setia menggambarkan rasa rindu yang mendalam dan tidak terlupakan.
Gelisah dan Rindu: Penyair menggambarkan gelisah dan kegelisahan yang melanda hatinya dengan menggunakan metafora lambung yang diseret dan dirusak oleh rindu. Rindu digambarkan seperti proses penghalusan permukaan dengan amplas, menunjukkan betapa rindu itu menyiksa dan meresahkan.
Pengalaman Tanpa Terlepas: Penyair mengekspresikan betapa rindu itu melekat dalam setiap pengalaman hidupnya. Ia merasa terikat dengan kenangan yang tidak dapat dilupakan, bahkan saat merayakan momen-momen seperti Ramadhan, yang seharusnya penuh dengan kegembiraan, namun masih diselimuti oleh rindu yang menghantui.
Kehilangan dan Kesetiaan: Puisi menyampaikan perasaan kehilangan dan kesetiaan yang mendalam. Seperti perempuan hamil yang kehilangan janinnya sebelum melahirkan, penyair merasakan kehilangan yang abadi dan kesetiaan yang terus menerus, meskipun cintanya tidak dapat terkuburkan.
Penguburan yang Tidak Terlaksana: Penyair merujuk pada gagasan tentang penguburan rindu di bawah kanopi bambu rimbun, namun merasa bahwa rindu itu tetap mengapung di permukaan, tidak pernah benar-benar terkubur atau terlupakan.
Kembali dan Mengambang: Meskipun perasaan rindu itu menghantui, penyair tetap setia dan kembali ke pintu halaman kenangan yang penuh dengan rindu. Namun, ia merasa seperti mengambang, tidak memiliki pijakan yang pasti dalam menghadapi rindu yang terus menghantuinya.
Puisi "Rindu Tak Terkuburkan" merupakan ungkapan tentang perjuangan dan kepedihan seseorang dalam menghadapi rindu yang mendalam dan tidak pernah terlupakan. Dengan menggunakan metafora yang kuat dan gambaran yang mendalam, penyair berhasil menyampaikan kerumitan dan kompleksitas perasaan rindu yang menghantuinya.
Biodata Beni Setia:
- Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.