Puisi: Aku Dilahirkan di Sebuah Pesta yang Tak Pernah Selesai (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Aku Dilahirkan di Sebuah Pesta yang Tak Pernah Selesai" karya Wiji Thukul merupakan karya sastra yang sarat dengan makna dan simbolisme.
Aku Dilahirkan di Sebuah Pesta yang Tak Pernah Selesai


Aku dilahirkan di sebuah pesta yang tak pernah selesai
selalu saja ada yang datang dan pergi hingga hari ini

Ada bunga putih dan ungu dekat jendela di mana
mereka dapat
memandang dan merasakan kesedihan dan kebahagiaan
tak ada menjadi miliknya

Ada potret penuh debu, potret mereka yang pernah hadir
dalam pesta itu entah sekarang di mana setelah mati
ada yang merindukan kubur bagi angannya sendiri
yang melukis waktu sebagai ular
ada yang ingin tidur sepanjang hari bangun ketika hari
penjemputan tiba agar tidak merasakan menit-menit
yang menekan dan berat

Di sana ada meja penuh kue aneka warna, mereka
menawarkannya
padaku, kuterima kucicipi semua, enak!
itulah sebabnya aku selalu lapar
sebab aku hanya punya satu, kemungkinan!

Tuhanku aku terluka dalam keindahan-Mu.


Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Aku Dilahirkan di Sebuah Pesta yang Tak Pernah Selesai" karya Wiji Thukul merupakan karya sastra yang sarat dengan makna dan simbolisme. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang arti kehidupan, perubahan, dan dinamika manusia dalam perjalanan hidup. Melalui bahasa metafora yang kuat, Wiji Thukul menggambarkan pengalaman hidup manusia sebagai sebuah pesta yang tak pernah berakhir.

Gambaran Pesta yang Tak Pernah Selesai: Puisi ini mengilustrasikan perjalanan hidup sebagai sebuah pesta yang tak pernah berakhir. Metafora ini mencerminkan kompleksitas dan terus berubahnya kehidupan manusia. Sebagaimana sebuah pesta, kehidupan penuh dengan datang dan pergi, kebahagiaan dan kesedihan. Pesta ini melambangkan semua pengalaman yang dialami individu sepanjang hidupnya.

Simbolisme Bunga, Potret, dan Meja Kue: Bunga putih dan ungu di jendela melambangkan aspek-aspek yang indah dan tragis dari kehidupan manusia. Potret yang berdebu mewakili kenangan dan jejak para individu yang telah pergi. Meja kue dengan berbagai warna mencerminkan variasi pengalaman dan kenikmatan dalam hidup.

Rasa Lapar sebagai Metafora Kehidupan: Pernyataan "itulah sebabnya aku selalu lapar" dapat diartikan sebagai kehausan manusia akan pengalaman dan pencarian arti dalam hidup. Kehidupan yang dinamis dan terus berubah mendorong manusia untuk terus mencari dan merasakan hal-hal baru.

Luka dalam Keindahan Tuhan: Baris terakhir "Tuhanku aku terluka dalam keindahan-Mu" memberikan dimensi spiritual dalam puisi ini. Ini dapat diartikan bahwa meskipun hidup dipenuhi dengan keindahan dan pengalaman yang bervariasi, terdapat rasa sakit dan kerentanan dalam perjalanan tersebut. Tuhan di sini mungkin mencerminkan sumber kehidupan dan segala yang ada di dalamnya.

Puisi "Aku Dilahirkan di Sebuah Pesta yang Tak Pernah Selesai" menghadirkan gambaran tentang kehidupan sebagai pesta yang berkelanjutan, penuh dengan dinamika, perubahan, kebahagiaan, dan kesedihan. Melalui penggambaran yang kuat dan simbolisme yang mendalam, Wiji Thukul mengajak pembaca untuk merenung tentang esensi dan makna di balik pengalaman hidup manusia.

Wiji Thukul
Puisi: Aku Dilahirkan di Sebuah Pesta yang Tak Pernah Selesai
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.