Sumber: Nyanyian Akar Rumput (2014)
Analisis Puisi:
Puisi "Hari Itu Aku Akan Bersiul-siul" karya Wiji Thukul adalah kritik tajam terhadap proses pemilihan umum (pemilu) dan sistem demokrasi di Indonesia. Puisi ini mengungkapkan ketidakpuasan dan skeptisisme penyair terhadap pemilu sebagai alat untuk mencapai perubahan sosial yang nyata.
Kritik terhadap Pemilu: Puisi ini dengan tegas mengkritik pemilu sebagai proses yang hanya menimbulkan pilu (pilu-pilu) dan ketidakpuasan dalam masyarakat. Pengulangan kata "pemilu oo.. pilu pilu" menekankan bahwa pemilu seringkali hanya berdampak negatif dan tidak membawa perubahan yang diharapkan.
Sikap Tidak Partisipatif: Penyair menggambarkan sikap tidak partisipatifnya terhadap pemilu. Ia menyatakan bahwa pada hari pemungutan suara, ia tidak akan pergi ke tempat pemungutan suara, tidak akan menyerahkan suaranya, dan bahkan tidak akan masuk ke dalam kotak suara. Ini mencerminkan pandangan skeptis terhadap proses pemilu sebagai alat untuk menghasilkan perubahan yang nyata.
Kebebasan Pribadi: Penyair menggambarkan rencananya untuk merayakan "kemerdekaannya" dengan bersiul-siul, mandi, dan bernyanyi. Hal ini menunjukkan bahwa ia lebih memilih menghargai kebebasan individu dan merayakan kemerdekaannya sendiri daripada berpartisipasi dalam pemilu yang dianggapnya tidak efektif.
Kritik Terhadap Hasil Pemilu: Penyair menyatakan bahwa setelah pemilu selesai, ia akan "menceritakan" kepada pembaca tentang hasil pemilu, seperti peningkatan jumlah beras, minyak tanah, atau bumbu masak. Hal ini mengisyaratkan ketidakpercayaan penyair terhadap janji-janji kampanye yang sering kali tidak terpenuhi.
Simbolisme Makanan: Puisi ini menggunakan makanan seperti nasi hangat, sambel bawang, dan ikan asin sebagai simbol kemerdekaan dan kebahagiaan. Ini bisa dimaknai sebagai keinginan untuk hidup yang lebih baik dan sejahtera di luar konteks pemilu.
Puisi "Hari Itu Aku Akan Bersiul-siul" menggambarkan pandangan kritis penyair terhadap pemilu dan sistem demokrasi. Penyair mengekspresikan ketidakpuasan terhadap pemilu yang dianggapnya tidak efektif dalam membawa perubahan sosial yang nyata dan menunjukkan bahwa individu memiliki hak untuk merayakan kemerdekaan dan kebahagiaannya sendiri di luar konteks pemilu.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul (nama asli Wiji Widodo) lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di Solo, Jawa Tengah.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).